SPANDUK Rp. 6.500,-/m Hub: 021-70161620, 021-70103606

Begitu Banyak Cinta di Wasior

| | |
Dalam dua minggu terakhir lalu lintas manusia yang keluar dan masuk Distrik Wasior menjadi sangat sibuk. Salah satu sudut wilayah yang terletak di bibir perairan Teluk Wondama, Papua Barat itu tiba-tiba menjadi pusat perhatian berbagai kalangan, bahkan jajaran petinggi-petinggi negara.

Ada apa di Wasior? jawabannya tidak ada apa pun selain bongkahan batu-batu besar, buntalan batang-batang kayu raksasa, endapan lumpur-lumpur yang berceceran dan bau mayat membusuk.

Ada apa di Wasior? jawabannya tidak ada apa pun selain bongkahan batu-batu besar, buntalan batang-batang kayu raksasa, endapan lumpur-lumpur yang berceceran dan bau mayat membusuk.
Tidak ada yang tersisa di sana, selain duka, selain kesedihan, kepedihan dan pupusnya harapan dari ribuan warga yang mendiami wilayah itu. Wilayah yang tadinya indah dengan jalan berliku diapit bukit terjal menghijau di salah satu sisi dan deru pantai membiru di sisi lainnya.
Keindahan bagai surga dunia di negeri belahan Timur Indonesia itu terenggut setelah air banjir bandang bercampur lumpur, batang pohon raksasa dan bebatuan menerjang secara tiba-tiba, menelan siapa saja yang ada, meluluhlantakkan apa saja yang tersisa.
Pada pagi hari, di hari Senin naas 4 Oktober 2010 itu penduduk Wasior masih baru saja ingin memulai aktivitas, namun hujan deras sejak semalam menahan sebagian dari mereka di dalam rumah.
Genangan air sudah mulai meninggi di pekarangan rumah, di sekolah-sekolah, di jalan-jalan dan di perkebunan warga.
Namun mereka masih saja bergeming, sebagian lelap dalam peraduan, berfikir bahwa genangan air di sekitar mereka merupakan hal biasa, yang terkadang terjadi saat hujan deras.
Namun perkiraan itu meleset, tidak lama kemudian, gelombang air dengan kekuatan yang sangat dahsyat membawa serta batang-batang pohon raksasa, lumpur dan bebatuan seakan dimuntahkan dari atas bukit terjal yang membentang di sepanjang Wasior.
Sebagian sempat lari melindungi diri, sebagian bahkan tidak sempat untuk bernafas ketika terjangan air menghempas wajah dan tubuh mereka, sebagian dari mereka terjepit batu dan batang kayu serta tergulung lumpur hingga akhirnya tewas.
Menurut data terakhir yang dihimpun otoritas posko penanggulangan bencana di Wasior pada Sabtu (16/10) mencatat 156 tewas dan 146 lainnya hilang. Sementara 3.000 orang menjadi korban luka-luka mulai dari ringan hingga hingga harus di rawat di rumah sakit.
Sebanyak 5.000 warga juga melakukan eksodus untuk mengungsi dan mencari tempat yang lebih aman ke wilayah Manokwari, Nabire dan sekitarnya.
Kota Wasior menjadi seperti kota mati, khususnya di malam hari, hanya tersisa segelintir penduduk yang kebetulan rumahnya tidak tersapu bersih banjir bandang.
Kerusakan yang terjadi sangat luar biasa, beberapa sudut Kota Wasior seperti lahan kosong yang penuh dengan bongkahan batu besar dan batang pohon raksasa, padahal tadinya berderet-deret rumah berdiri di sana.
Ratusan rumah hanya tersisa lantainya saja, karena dindingnya terbawa arus banjir bandang, itu pun sudah tertimbun lumpur dengan ketinggian antara 10 centimeter hingga lebih dari satu meter.
Bukan hanya rumah penduduk, kantor-kantor pemerintahan, sekolah dan fasilitas umum lainnya juga menjadi korban, sebagian ikut rata dengan tanah.
Bencana besar tersebut menyedot perhatian seluruh masyarakat Indonesia, dan mendorong Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan sejumlah menteri di Kabinet Indonesia Bersatu II bertandang ke Wasior, meninjau langsung lokasi bencana.
Hal itu menjadi kebahagiaan sendiri bagi warga Wasior yang tersisa, karena untuk pertama kalinya bisa melihat langsung kepala negara dan ibu negara yang datang membawa harapan agar penduduk bisa kembali bangkit.
Benarkah hanya duka yang tersisa di Wasior? Jawabannya bisa jadi tidak, karena tiba-tiba menjadi begitu banyak cinta di sana, cinta dari mereka yang berusaha keras memberikan perhatian terlepas dari apa pun kepentingannya.
Perhatian tersebut datang bukan hanya dari pemerintah, melainkan dari masyarakat dari seluruh penjuru Indonesia termasuk para relawan yang tanpa lelah membantu seluruh proses tanggap darurat dan evakuasi korban.
Berdasarkan pantauan di tanah duka, tim medis dan relawan dari berbagai lembaga nonpemerintah dengan sigap membantu proses tanggap darurat mulai dari pertolongan medis, penyaluran bantuan logistik hingga membantu evakuasi korban banjir.
Mereka berniat dan berseragam sama, hanya saja lambang mereka berbeda-beda, ada Aksi Cepat Tanggap (ACT), Palang Merah Indonesia, Bulan Sabit Merah Indonesia, Mer-C, Dompet Dhuafa dan lain sebagainya.
Di tengah terik Wasior kala siang yang membara, dan di kala malam yang dingin dan mencekam mereka ikut berdiri di garda depan, bersama dengan pemerintah menaburkan rasa keprihatinan dan empati untuk semua korban banjir.
Mereka adalah tokoh pendukung yang ikut bekerja, sisi lain dari setiap bencana, mereka yang selalu ada dan ikut menaburkan cinta, mereka yang berharap sedikit upaya mereka bisa membangkitkan semangat penduduk Wasior untuk kembali melanjutkan semangat hidup mereka.
Selain relawan, jajaran pemerintah dan BUMN juga swasta ikut berlomba-lomba menunjukkan perhatian mereka.
Dari posko satu Wasior yang terletak di hadapan bandara perintis, ANTARA mencatat ada banyak aliran bantuan dari jajaran pemerintah dan BUMN juga swasta di antaranya BNPB, Kementerian Sosial, Kementerian Pendidikan Nasional, Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Kesehatan dan kementerian lainnya di samping telkom, perusahaan gas negara, bank-bank milik pemerintah, Garuda Indonesia dan banyak BUMN lainnya.
Aliran bantuan dari beberapa pemerintah provinsi dan kabupaten/kota tetangga juga ikut masuk ke Wasior.
Apa pun kepentingan di balik itu semua, namun upaya mereka patut mendapatkan apresiasi karena telah meringankan sedikit beban korban banjir di awal masa tanggap darurat.
Namun pertanyaannya, setelah masa tanggap darurat ini berakhir bagaimana nasib mereka semua, apakah nantinya mereka dilupakan begitu saja?
Saat ini, memang begitu banyak cinta di Wasior, namun tidak satu pun warga bisa memprediksi sampai kapan perhatian dan cinta tersebut akan bertahan.
Penulis: Jodhi Yudono | Editor: Jodhi Yudono | Sumber : ANT

0 komentar:

populer

Layak dibaca

IKUT TAMPIL....... BOLEH....?