SPANDUK Rp. 6.500,-/m Hub: 021-70161620, 021-70103606

Maratua, Pulau Terluar Yang Terlupakan

| | | 0 komentar

Oleh: Amirullah

Siapa mengenal Pulau Maratua? Bahkan tidak setiap warga Kalimantan Timur pun pernah mendengar nama pulau itu.

Salah satu pulau terluar Indonesia, yang terletak di Kabupaten Berau itu memang nyaris tidak pernah disebut.

Pulau yang dihuni 3.000 warga Suku Bajao itu, tidak diketahui secara luas oleh masyarakat Indonesia, mungkin karena dianggap tak penting, padahal pulau itu adalah salah satu "beranda" Indonesia.

Pulau berbentuk huruf `U` itu, disebut-sebut menjadi taman impian turis asing dan penyelam, sebab gugusan pulau-pulau kecil di Pulau Maratua, menyimpan berbagai potensi wisata bahari, termasuk keindahan biota laut.

Pulau Maratua dalam masyarakat Bajau --yang mengaku berasal dari Filipina-- disebut sebagai `Malatua` atau Kayu Tuba, sejenis kayu beracun yang biasa digunakan nelayan setempat dalam menangkap ikan.

"Pulau Maratua memiliki pantai dan alam yang cukup indah. Hanya saja sejauh ini belum dikelola secara maksimal," ungkap Camat Maratua, Khudarat.

Di tengah pulau Maratua, terdapat 14 pulau-pulau kecil dan baru dua pulau saja yang sudah dikelola, itupun dikelola oleh perusahaan asing yakni Jerman dan Malaysia. Dua resor yang ada di Pulau Maratua dimiliki PT. Paradise (Malaysia) dan PT. Nabuko, perusahaan asal Jerman.

Keragaman ekosistem bawah laut di Pulau Maratua menjadi salah satu daya tarik wisatawan, baik domestik maupun mancanegara.

"Keindahan panorama bawah laut di Pulau Maratua yang juga sebagai tempat bertelurnya penyu hijau dan menjadi habitat ikan pari menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Bahkan, banyak wisatawan yang datang hanya untuk melakukan penyelaman, sekedar melihat keragaman terumbu karang tertinggi ketiga di dunia setelah Raja Ampat dan Salamon," kata Khudarat.

Tidak hanya menyimpan keindahan laut dan pantai, Pulau Maratua kata Khudarat juga memiliki keindahan alam yang sangat unik dibanding pulau-pulau lainnya di Indonesia.

Gugusan gunung dan hamparan hutan di sepanjang Pulau Maratua menjadi salah satu sumber penghidupan masyarakat Suku Bajau yang mendiami pulau terluar tersebut.

"Hamparan hutan yang luas menghasilkan kayu yang menjadi salah satu bahan baku pembuatan perahu bagi nelayan. Begit pula dengan perbukitan bebetuan yang ada di Pulau Maratua ini, menjadi salah satu sumber kehidupan yang menghasilkan air tawar bagi masyarakat," ungkap Camat Maratua.

Selama bertahun-tahun kata Khudarat, Maratua seolah menjadi pulau yang terlupakan.

"Pulau Maratua sebelumnya ibarat pulau yang dianaktirikan. Tetapi setelah kasus Ambalat mencuat, pulau ini langsung mendapat perhatian. Lihat saja sendiri, saat ini sudah ada puskesmas, Kantor Polsek dan Koramil," katanya.

"Kalau dulu, warga sangat jarang melihat pesawat, tetapi sekarang pesawat terbang sudah sering melintas di atau Pulau Maratua," ujar Khudarat.

Perampok Filipina
Pada 1980-an, kata Camat Maratua, Khudarat, perampok asal Mindanao, Filipina kerap menjarah bahkan membunuh warga di sekitar Pulau Maratua.

"Pada 1980-an, suasana sangat mencekam sebab para perampok asal Filipina kerap datang dan merampas harta benda masyarakat. Bahkan, salah seorang warga Pulau Maratua sempat dibunuh dan saat ini nama warga itu dijadikan nama jalan di Pulau Maratua," katanya.

"Namun, sejak keberadaan Kantor Polsek dan Koramil, para perampok itu tidak pernah lagi mengganggu masyarakat," ungkap Khudarat.

Kehidupan masyarakat di Pulau Maratua kata Khudarat saat ini sudah jauh lebih baik.

"Warga Pulau Maratua hanya menginginkan perhatian pemerintah agar kehidupan ekonomi mereka bisa lebih baik. Hal yang paling dibutuhkan yakni, bantuan modal usaha baik sebagai nelayan maupun bantuan kepada beberapa warga yang menjalankan aktifitas sebagai pembuat perahu," katanya.

Selama ini, banyak warga di Pulau Maratua yang menjalankan bisinis dengan membuat kapal. Namun, bahan baku kayu yang selama ini banyak di Pulau Maratua yang menjadi bahan dasar pembuatan perahu itu sudah langka, sehingga mereka kesulitan melanjutkan usaha tersebut. Jadi, para pembuat perahu itu berharap ada bantuan dari pemerintah agar aktivitas mereka bisa tetap berjalan," ujar Camat Maratua.

Bagi para pembuat perahu Pulau Maratua, bantuan modal usaha menjadi harapan yang sangat besar. "Sebelum kayu dilarang, kami masih gampang mendapatkan bahan baku untuk membuat perahu," ujarnya.

Satu perahu bisa dikerjakan mereka paling lama tiga bulan, namun sejak kayu sulit didapat, mereka terpaksa memesannya dari luar. Itupun kualitasnya lebih rendah dibanding kayu asal Maratua.

Kelangkaan bahan baku menyebabkan pembuatan perahu itu harus dikerjakan hingga delapan bulan bahkan sampai satu tahun. "Jadi, kami berharap, pemerintah bisa memberikan solusi agar kami tetap bisa menjalankan pekerjaan ini," ungkap Ramli, seorang warga Pulau Maratua.

Warga pulau terluar itu yang umumnya sebagai nelayan yang mengandalkan nasib dari hasil tangkapan ikan juga mengharapkan adanya perhatian khusus pemerintah terkait penangkapan ikan secara ilegal.

"Dulu, sebelum ada nelayan yang menggunakan bom dan racun untuk menangkap ikan, penghasilan kami jauh labih baik. Tapi sekarang, kadang kami harus berebut lokasi dengan para nelayan pembom dan peracun ikan itu, bahkan tidak jarang kami terlibat aksi kerja-kejaran dengan mereka," ungkap Ramli.

Mereka juga berharap pemerintah bisa menertibkan nelayan yang menangkap ikan bom dan racun, sebab selain menjadi salah satu penyebab menurunnya pendapatan kami juga dapat merusak ekosistem laut di sekitar Pulau Maratua yang menjadi kebanggaan kami selama ini.

Wakil Bupati Berau, Muhammad Rivai mengakui, Pulau Maratua memiliki potensi laut dan alam yang dapat menjadi objek wisata bahari di Kaltim.

"Namun, selama ini, keberadaan Pulau Maratua belum dikenal luas masyarakat di Indonesia sehingga kami berharap melalui program Sail Derawan 2013 yang dicanangkan Gubernur Kaltim dapat menjadi pulau terluar itu menjadi salah satu objek wisata yang dapat menarik wisatawan," ungkap Muhammad Rivai.

http://www.antaranews.com/print/1293926437

Pencarian Peradaban yang Hilang

| | | 0 komentar
Awal Peradaban "Ex Oriente Lux"

Lepas dari segala kontroversi dan perdebatan ilmiah yang menyertainya, tesis geolog dan fisikawan nuklir dari Brasil, Arysio Santos, yang menyebut Indonesia sebagai lokasi sesungguhnya dari Atlantis, benua yang hilang dalam kisah Plato, mungkin ada benarnya. Santos mengaitkan banyak tradisi lisan di Yunani Kuno, seperti puisi Hesiod dan Homer, dengan peristiwa geologis menghilangnya tradisi besar peradaban manusia karena bencana geologis seperti letusan gunung berapi dan tsunami.

Santos, misalnya, menulis, pembukaan Selat Sunda karena letusan gunung berapi (Krakatau) dikaitkan dengan cerita Hesiod tentang celah besar (khasma mega), tempat semua pelaut menemui ajal jika melintasinya. Santos juga mengutip hikayat tradisional orang Buddha, Jataka, yang bertutur tentang Supparaka, pelaut terbaik dan merupakan salah satu avatar Buddha. Supparaka dalam perjalanannya di lautan selatan tiba di wilayah yang dikenal sebagai Vadavamukha, gerbang neraka yang berapi-api.

Oleh Santos, Vadavamukha disimpulkan sebagai kaldera Krakatau yang berada di bawah permukaan laut. Dia pun menghubungkan cerita Vadavamukha dengan karya besar Homer, Odyssey, yang bertutur soal hikayat Ulysses dan pelayarannya ke lautan selatan. Menurut Santos, Ulysses menemui apa yang ditemui Supparaka, tetapi oleh Homer disebut Charybdis atau pusaran kematian.

Di bab 2 bukunya, Atlantis, The Lost Continent Finally Found, Santos menuliskan, siapa pun yang mau membandingkan rincian puisi Homer dengan kisah Jataka, pasti akan menyadari keduanya berasal dari sumber yang sama, yang sudah teramat kuno. Selanjutnya, Santos menyimpulkan, ciri geografis Vadavamukha sesungguhnya bisa ditemukan di wilayah Indonesia, bukan di Laut Mediterania (tempat kebudayaan Yunani Kuno) atau Atlantis, yang dari namanya hampir sama dengan kata atlantik.

Keragaman tradisi

Dalam seminar Asosiasi Tradisi Lisan (ATL) di Pangkal Pinang, November 2010, seorang peserta seminar mempertanyakan, apakah tidak mungkin melacak tesis Santos dari kekayaan tradisi lisan Nusantara. Dia percaya, dengan kekayaan dan keragaman tradisi lisan di Nusantara, sangat mungkin wilayah yang sekarang bernama Indonesia ini memang menjadi pusat peradaban dunia.

Menurut aktivis ATL dari Jawa Timur, Henry Nurcahyo, tradisi lisan seperti dongeng sebenarnya tidak serta muncul begitu saja tanpa fakta yang melatari. Bahwa dongeng atau cerita rakyat tersebut kemudian dibumbui khayalan dan imajinasi penutur, itu persoalan lain. Yang jelas, dongeng biasanya muncul setelah ada faktanya. Dongeng tentang Sangkuriang muncul setelah ada Gunung Tangkubanparahu. Dongeng tentang Danau Toba juga muncul setelah ada Danau Toba-nya. Dongeng biasa muncul setelah ada fakta yang diceritakan.

Melihat rangkaian hikayat dan tradisi lisan yang dianalisis Santos dari Yunani Kuno hingga tradisi Hindu dan Buddha, terutama yang terkait dengan Atlantis—sebagai bentuk peradaban modern ribuan tahun sebelum Masehi— mungkin saja tesis ilmuwan Brasil itu ada benarnya.

Namun, menurut Ketua Masyarakat Sejarah Indonesia Mukhlis PaEni, masih terlalu dini menyimpulkan Indonesia sebagai tempat asal muasal peradaban modern seperti Atlantis yang diceritakan Plato. ”Masih diperlukan banyak pembuktian. Santos mengaitkan cerita-cerita yang ada di Asia dan kemudian menghubungkannya dengan proses geologi, seperti letusan gunung, untuk menyimpulkan bahwa Atlantis sebenarnya ada di Indonesia. Ini harus dibuktikan dengan penelitian secara luas dan komprehensif,” ujar Mukhlis.

Menurut Mukhlis, tradisi lisan yang masih bertahan di Nusantara hingga kini juga tak mungkin bisa digunakan untuk melacak tesis Santos, bahwa Indonesia dulunya merupakan tempat peradaban modern seperti digambarkan Plato dalam cerita tentang Atlantis. Banyak cerita dalam tradisi lisan Nusantara menginduk ke cerita besar yang asalnya bukan berasal dari Indonesia, melainkan India, seperti Mahabarata dan Ramayana. Usia hikayat tutur asli Nusantara seperti I La Galigo di Sulawesi juga masih terlalu muda jika harus dibandingkan dengan tradisi lisan seperti cerita Plato tentang Atlantis.

Mukhlis mengakui, ada beberapa peristiwa geologi yang mengubah wajah dunia terjadi di Indonesia, seperti letusan terdahsyat Gunung Toba lebih dari 70.000 tahun lalu. Majalah Science mencatat, letusan termuda Gunung Toba merupakan peristiwa vulkanis paling besar di Bumi dalam dua juta tahun terakhir. Letusannya memuntahkan 2.800 kilometer kubik magma, yang 800 kilometer kubik di antaranya terbang ke atmosfer, menyelimuti lapisan Bumi sepanjang Laut China Selatan hingga Laut Arab.

Antropolog dari Amerika Serikat, Stanley Ambrose, pada tahun 1998 memperkenalkan Teori Bencana Toba. Berdasarkan teori ini, letusan Gunung Toba mengubah iklim global. Akibatnya, populasi manusia berkurang drastis. Garis evolusi yang menghubungkan spesies manusia modern dengan primata lain terputus. Teori ini diperdebatkan, tetapi cukup menggambarkan kedahsyatan letusan.

Di sisi lain, sampai saat ini penduduk asli yang mendiami kawasan di sekitar Danau Toba, yakni suku Batak, percaya nenek moyang mereka merupakan manusia pertama yang diturunkan ke Bumi. Tempat turunnya manusia pertama kali dalam tradisi lisan orang Batak adalah Pusuk Buhit, satu puncak bukit di Pulau Samosir, pulau yang terletak di tengah Danau Toba. Dari sinilah kemudian manusia menyebar.

Namun, folklor orang Batak soal persebaran manusia dan klaim mereka bahwa nenek moyang manusia pertama kali turun di tempat satu suku bangsa tinggal ternyata tak hanya dimiliki orang Batak. Orang Toraja pun punya cerita serupa. Nenek moyang mereka manusia pertama di Bumi. Suku-suku lain di Indonesia juga begitu.

Masih dibutuhkan penelitian interdisipliner, dari geologi, antropologi, arkeologi, paleoantropologi, hingga fisika, untuk membuktikan bahwa Indonesia dulunya merupakan pusat peradaban modern seperti dalam cerita Plato tentang Atlantis.

Tidak cukup hanya menggali tradisi lisan. Namun, seperti kata Santos, ex oriente lux, Matahari datang dari Timur. Dan, sudah terbukti, arus peradaban besar datang dari timur, seperti India dan China, lalu bergerak ke barat. Sebelum akhirnya kolonialisme Barat menenggelamkan banyak peradaban di Timur.

Jadi, mungkin saja Atlantis yang hilang itu memang ada di Indonesia. Siapa tahu...!

(Khaerudin)


Dapatkan artikel ini di URL:
http://www.kompas.com/read/xml/2011/01/08/15382063/Pencarian.Peradaban.yang.Hilan

Penari Terakhir Ronggeng Gunung

| | | 0 komentar
Oleh Cornelius Helmy

Meski gincu merah di pipi mulai pudar tersapu keringat, mata Raspi tetap berbinar-binar. Rasa lelah sepertinya enggan meninggalkan jejak di wajah si maestro tari ronggeng gunung terakhir ini. Saat pagi mulai menanti di persimpangan hari, Raspi tetap bersemangat menari.

"Saya senang ternyata banyak yang ikut menari. Semakin banyak yang ikut menari, ronggeng gunung semakin terasa nikmatnya. Tarian ini adalah tarian rakyat,” ujar Raspi dalam bahasa Sunda selepas menari selama 2 jam tanpa henti pada malam pergantian tahun menuju 2011 di lapangan parkir Kebun Binatang, Bandung, Jumat (31/12/2010) mulai pukul 24.00.

Perasaan bangga pun berlipat ganda karena ternyata banyak anak muda di kota besar masih ingin mengetahui dan belajar ronggeng gunung, satu hal yang jarang ia temui lagi. ”Ronggeng gunung semakin sepi peminat, khususnya generasi muda, dalam beberapa tahun terakhir,” ujarnya.

Mereka lebih memilih pentas organ tunggal ketimbang kendang, ketuk, dan gong ala ronggeng gunung. Alasannya, lebih murah dan mutakhir. Kalaupun ada yang menanggap, biasanya hanya kerabat Raspi, yang tinggal dekat rumahnya di Cikukang, Desa Ciulu, Kecamatan Banjarsari, Ciamis, Jawa Barat. Itu pun sebatas penari pendamping atau belajar memainkan musik pengiring.

”Hinaan atau cemoohan sudah sering saya dengar saat pentas atau mencoba mengajarkan ronggeng gunung. Ronggeng gunung dianggap kuno dan membosankan,” katanya. Namun, Raspi tidak peduli. ”Saya hanya ingin menari,” ujar perempuan asal Ciamis ini.

Tak berbekas

Ronggeng gunung adalah tarian khas dari Ciamis. Konon, tarian ini muncul atas nama cinta dan dendam Dewi Siti Samboja, putri ke-38 Prabu Siliwangi, karena kekasihnya, Raden Anggalarang, tewas di tangan perompak. Namun, perlahan dendam itu berubah menjadi ungkapan syukur masyarakat pegunungan Ciamis atas hasil ladang dan sawah.

Raspi mengatakan, tari ini sempat menemukan masa emasnya pada 1970-1980. Saat itu, ia selalu kewalahan memenuhi panggilan pentas. Selama 40 tahun menari, ia pernah merasakan dibayar dari Rp 200 hingga Rp 3 juta per pertunjukan.

Akan tetapi, masuk tahun 1990-an ronggeng gunung perlahan tenggelam di tengah gemerlap kehidupan modern. Banyak penari ronggeng dan pemusiknya pensiun karena tidak ada lagi yang mengundang mereka. Puncaknya, Raspi bersama lingkung seni Panggugah Rasa—satu-satunya kelompok ronggeng gunung yang bertahan—paling banyak hanya sekali pentas dalam tiga bulan selama tahun 2010.

”Sepi sekali dalam beberapa tahun terakhir. Biasanya panggilan tampil ada saat bulan haji atau Syawal sebagai pengisi acara syukuran atau ruwatan,” katanya.

Kini, keberadaan ronggeng gunung pun terancam tak berbekas. Fakta bahwa Raspi adalah maestro ronggeng gunung terakhir membuktikan bahwa kesenian ini rentan menambah daftar merah kesenian rakyat yang terancam punah di Jabar.

Hingga tahun 2010, tercatat ada 40 kesenian terancam punah. Baru lima yang bisa direvitalisasi, yaitu gamelan ajeng dari Karawang, angklung badud (Kota Tasikmalaya), parebut seeng (Kabupaten Bogor), lisung (Ciamis), dan sandiwara (Ciamis).

Buah ketekunan

Kecintaan Raspi kepada ronggeng gunung tidak lepas dari perjalanan hidupnya sejak kecil. Ia mempelajarinya secara tidak sengaja saat kabur dari rumah karena hendak dinikahkan saat berusia 13 tahun. Guru pertamanya adalah Maja Kabun dari Padaherang, Ciamis.

Raspi mengakui tidak mudah mempelajari ronggeng gunung. Ronggeng wajib memiliki fisik kuat. Alasannya, ronggeng harus memiliki kemampuan olah vokal dalam nada tinggi sekaligus menari dalam waktu lama. Ronggeng gunung biasanya dipentaskan 2 jam hingga 12 jam per pertunjukan.

Raspi memiliki pengalaman menarik saat penari asal Amerika Serikat, Hally, minta diajari tari ronggeng gunung. Hally dikatakan termasuk cepat menguasai gerakan tari. Namun, dia menyerah saat belajar menari dan menyanyi dengan nada tinggi secara bersamaan.

Hally tambah kewalahan saat harus mengingat lagu-lagu khas ronggeng gunung. Biasanya, ada enam hingga delapan lagu yang dibawakan dalam satu pertunjukan.

Judul lagu antara lain ”Kudup Turi”, ”Sisigaran Golewang”, ”Raja Pulang”, ”Onday”, ”Kawungan”, ”Parut”, dan ”Trondol”. Sebagian besar bertema kerinduan kepada kekasih dan sindiran kepada perompak pembunuh Anggalarang.

”Sekarang saya mencoba meneruskan tarian ini kepada Nani Nurhayati, anak kandung saya. Namun, setelah sembilan tahun, Nani belum terlalu mahir dan masih harus banyak belajar,” katanya.

Ketekunannya mempertahankan akar ronggeng gunung perlahan mulai membuahkan hasil. Ia berhasil mendapat penghargaan dari Taman Mini Indonesia Indah tahun 1997 dan penghargaan dari Gubernur Jawa Barat 10 tahun kemudian. Yang teranyar adalah bantuan dana pembuatan pedepokan seni Rp 200 juta dari Pemerintah Provinsi Jabar tahun 2009.

Namun, yang paling bisa menenangkan hatinya adalah munculnya pengembangan, seperti ronggeng kaler dan kidul. Ronggeng kaler populer di daerah utara, seperti Kuningan, sedangkan ronggeng kidul tumbuh di daerah selatan, seperti Garut dan Tasikmalaya. Keduanya memakai perangkat gamelan lengkap.

Ronggeng gunung pun disajikannya lebih bervariasi, seperti perbedaan tari untuk hiburan atau adat. Ronggeng upacara adat biasanya dibawakan dengan pakem tertentu, seperti pentingnya tata urutan lagu, sedangkan ronggeng untuk hiburan biasanya lebih fleksibel karena tidak ada pakem urutan lagu.

”Ke depan, saya berharap perhatian tidak hanya itu. Saya ingin semua pihak turut membantu melestarikan dan mempertahankan ronggeng gunung sepeninggal saya nanti,” katanya.

Kini di masa tuanya, Raspi masih menyimpan harap. Ke depan, ia berharap semakin banyak masyarakat yang tertarik mementaskan dan mempelajari ronggeng gunung sebagai warisan tradisional bangsa. Ia ingin menjaga ronggeng gunung tetap dikenal masyarakat sekaligus memberikan suntikan semangat kepada generasi muda bahwa ronggeng gunung juga bisa diandalkan membiayai kebutuhan hidup.

”Kalau sekarang, rumah layak pun saya belum punya karena hanya tinggal di rumah reyot. Kadang-kadang suka risi karena punya sanggar baru, tapi rumahnya tidak layak. Semoga ini tidak dialami ronggeng selanjutnya,” ujar Raspi malu-malu sembari menutupi mulut dengan kedua tangannya.


Dapatkan artikel ini di URL:
http://www.kompas.com/read/xml/2011/01/08/15182696/Penari.Terakhir.Ronggeng.Gunung

Melihat Jejak Pendekar Kwik Tang di Kwitang, Jakarta Pusat

| | | 0 komentar
Dalam sejarah Betawi, kiprah para pesilat Tionghoa tak bisa dianggap enteng. Konon, sekitar abad 17-18 di salah satu wilayah Jakarta, yakni Kwitang, kawasan Senen, Jakarta Pusat, dikenai sebagai kawasan Shaolin. Bagaimana ceritanya?

NAMA Kwitang itu sendiri, asalnya dari kata Kwik Tang Kiam,-yang merupakan nama sang pendekar shiolin itu. Dikisahkan Asep Hambali, pakar sejarah dari komunitas Historia Jakarta, pemuda Tionghoa ini selevel pendekar

Betawi lain seperti Pitung. "Hanya beda silat saja, dia pakai jurus kung fu asli dari Tiongkok," katanya.

Ditambahkannya, Kwik Tang sebenarnya seorang pedagang obat tradisional dari Tiongkok. Karena sudah melanglang buana ke mana-mana, akhirnya menetap di Jakarta. Pendekar yang akrab disapa Kwik Tang itu, menetap di kawasan Kwitang, yang pada zaman itu masih kebon dan perkampungan warga Betawi dan Arab.

Tapi kehadiran Kwik Tang, sama sekali tak mengganggu aktivitas warga. Justru, sangat membantu. Sebab, pendekar shaolin ini juga mengajarkan ilmu bela diri khas Tiongkoknya pada para pemuda kampung secara suka rela. Diajuga cukup berjasa melawan penjajah melalui ilmu shiolinnya itu.

Kwik Tang juga dikenal sebagai

saudagar kaya yang dermawan. Dia sering membagi-bagikan makanan, uang, bahkan tanah kepada warga yang tak mampu. Ini, karena jiwa shaolinnya tinggi. Sayangnya, cerita panjang mengenai jejak pendekar ini memang masih simpang siur. "Itu versi yang mengatakan KwikTang

orang kayajdan dermawan," katanya.

Karena kebaikan hati si Kwik Tang Kiam inilah, orang Betawi menyebut, lantas kampungnya itu menjadi Kwik Tang, dan kini disebut Kwitang.

Nah, ada juga cerita versi lain yang mengatakan, Kwik Tang akhirnya

terpengaruh masyarakat kampung, dan menjadi mualaf, dia masuk Islam. Konon, Kwik Tang juga memiliki seorang anak tunggal yang suka berjudi dan mabuk. Setelah Kwik Tang Kiam meninggal dunia, anaknya yang suka berjudi dan mabuk Kwitang itu malah menjual semua tanah milik bapaknya kepada saudagar keturunan Arab. Sejak itulah banyak keturunan Arab yang tinggal di Kampung Kwitang, dan hidup berdampingan antara orang Tionghoa, Arab dan Betawi.

Sekarang, sejarah KwikTanghanya tinggal nama. Anak-anak muda sekarang banyak yang tidak paham siapa itu Kwik Tang dan Kwitang. Maklum. kampung tersebut kini sudah menjadi kawasan bisnis Pasar Senen. Dan pemerintah DKJ Jakarta tengah melakukan banyak pembenahan di kawasan tersebut. ()

http://bataviase.co.id/content/melihat-jejak-pendekar-kwik-tang-di-kwitang-jakarta-pusat

Somalia:Negara Tidak Bertuan ?

| | | 0 komentar
Somalia yang disebut juga sebagai dengan nama “Jaamhuuriyadda Dimuqraariga Soomaaliya”,merupakan salah satu negara muslim yang secara geografis terletak di Afrika timur laut,yang berbatasan dengan teluk Aden disebelah utaranya.Negeri ini juga dikitari oleh Samudera Hindia dari timur hingga selatannya,serta negara Kenya,Ethiophia dan Jibouti disebelah baratnya.

Negara tersebut yang sekarang lebih terkenal karena di ekspos oleh berbagai media internasional karena kononnya seringkali segelintir warganya menjarah berbagai kapal yang berlayar di lepas pantai perairan Somalia serta menyandera awaknya .

Meskipun dikawal oleh armada multi nasional ,namun mereka masih berhasil juga menggiring konvoi kapal tannker raksasa keperaianya dan baru dibebaskan kapal dan awaknya pasca menerima tebusan dari pemilik kapal tersebut.Somalia yang beribukota Mogadishu berpenduduk sekitar 8 jutaan itu,yang menurut sensus tahun 1989 mayoritas penduduknya beragama islam (99,8 persen).

Mereka menggunakan bahasa resminya Somali ,juga bahasa Arab,Inggris dan Italia.Bangsa Somalia mendiami lahan yang luasnya 637.000 kilometer persegi itu,sebenarnya merupakan salah satu negeri yang pertama tama memeluk islam.Sebelum islam datang kesana,negeri Somalia tidak dikenal di panggung sejarah dunia karena penduduknya terdiri dari suku suku yang hidupnya belum menetap.

Namun setelah islam datang sejarah negeri tersebut baru tampak,bahkan selanjutnya menjadisalah satu negeri yang merupakan bagian dari kebudayaan dan peradaban dunia pada abad pertengahan.Terdapat suatu prndapat para sejarawan bahwa hijrah kaum muslimin yang pertama dan kedua ke Habsyah(kini:Ethiopia)pada masa Nabi Muhammad SAW melalui negeri ini,sertasempat bermukim di Somalia beberapa waktu lamanya sembari mensosialisasikan islam kepada penduduk setempat serta berketurunan disana.

Oleh karenanya sampai sekarang di Somalia masih terdapat suku suku yang mempunyai silsilah keturunan dari Uqail bin Abi Thalib.Setelah itu banyak warga Somalia memeluk islam dengan jalan hijrah atau melalui perdagangan.Pada masa Dulah Bani Umayyah berkuasa di Damascus,khalifah Abdul Malik bin Marwan bin Hakam(685-705 M)dalam rangkaian ekspansinya pernah mengirimkan pasukannya di bawah pinpinan panglima Jenderal Mus bin Jasy’am.Dalam hal itu,meskipun bani Umayyah mengirim pasukannya kesana namun tidak terjadi pertempuran denganwarga setempat.Tetapi sebaliknya,bahkan terjadi proses islamisasi secara intensif dan ekstensif sehingga agama islam semakin membumi di Somalia.

Selanjutnya rakyat Somalia sudah sangat akrab dengan islam,apalagi ketika kedatangan islam gelombang demi gelombang tiada hentinya semakin mesra pula mereka dengan agama monotheis tersebut,terutama sekitar permulaan abad ke dua hijriyah.Perkembangan islam semakin pesat di Somalia karena banyak tokoh tokoh muslim pendukung Mazhab Zaidiyah menyelamatkan diri kesana ,terutama setelah Imam Zaid bin Ali Zainal Abidin ,cucu Ali bin Abi Thalib dan pendiri Mazhab Zaidiyah terbunuh dalam suatu pertempuran dengan pasukan khalifah Hisyam bin Abdul Malik bin Marwan(724-743 M)dari Dinasti Bani Umayyah.

Mereka mendiami daerah daerah pesisir Banadir dengan bercocok tanam dan berdagang untuk menyambung hidupnya dinegeri Somalia,kemudian mereka lalu membentuk sebuah komunitas masyarakat Syiah.Dalam kurun waktu selanjutnya,mereka terdesak oleh orang orang Arab yang muslim sunni yangdatang dari negeri Ihsa di selat Arab.Konflik antara Sunni dan Syiah yang sudah lama terjadi di semenanjung Arabia juga terjadi di Somalia,sehingga pengikut Syiah dinegeri tersebut lambat laun menjadi tenggelam seiring dengan proses pembauran antara mereka dengan penduduk kota yang menganut Mzhab Sunni yang sudah datang sebelumnya .

Dan sekitar abad ke sepuluh datang pula sekelompok orang Persia dari kota Syiraz ke Somalia lalu membangun kota Mogadishu,yang hingga kini menjadi ibukota Somalia.Sejarah kota tersebut sebelumnya bernama Humur,suatu nama suku Himyar(Arab Selatan)yang sebelumnya pernah mendiami daerah tersebut.Lalu mereka membentuk sebuah keamiran disamping keamiran keamiran orang orang Arab.Kedua bangsa tersebut hidup berdampingan di Somalia,meskipun didaerah asalnya kedua bangsa itu seringkali bertikai soal khilafiyah(Sunni-Syiah).

Namun kedua bangsa itu di Somalia bisa hidup rukun,damai dan tenteram dan saling pengertian dan hormat menghormati satu dengan lainnya.Mereka secara bersama sama membangun Somalia dengan berdagang,bercocok tanam sembari mengajar anak anak pribumi .Karena jasa merekalah sekitar abad ke sebelas islam sudah tersebar diseluruh pelosok negeri Somalia .

Pada masa ini belum terdapat satu pemerintahanpun yang menyatukan seluruh keamiran pesisir dengan suku suku pedalaman Somalia.Masing masing keamiran masih berdiri sendiri,hidup damai berdampingan,serta saling memperkuat tali persahabatan.Kondisional seperti itu berlangsung sekitar dua abad lamanya.Barullah sekitar abad ketiga belas,Syekh Umar Fakhruddin ,seorang pribumi kharismatik berhasil menanamkan pengaruhnya di beberapa wilayah seputar kota Mogadishu ,serta membangun sebuah kesultanan.

Setelah beberapa waktu lamanya ia berkuasa ,dilanjutkan estafet kekuasaan pribumi oleh Abubakar,putranya.Tradisi seperti itu terus berlangsung ,yang mencoba sekuat tenaga untuk menyatukan seluruh keamiran supaya berada dibawah satu kerajaan.Meskipun sudah diupayakan secara mksimal,namun tetap gagal karena rongrongan Portugis yang mulai merealisasikan konsep”reconquesta”(yang disponsori Paus Urbanus II di Perjanjian Tordisellas tahun 1494 ) di Somalia.

Pada tahu 1499 bangsa Portugis berhasil menganeksir sebagian wilayah Somalia,dan pada tahun1503 seluruh kawasan pesisir kecuali kota Mogadishu telah dikuasai oleh armada militer Portugis yang mendukung eksploitasi misi ekonominya.

Dibawah pemerintahan imperialisme Portugis yang senantiasa menerapkan konsep reconquestanya atau Gold,Glory,dan Gospelnya dimanpun negara Eropa selatan itu berada ,maka negeri Somalia mengalami kehancuran kebudayan dan peradabannya yang mulai tumbuh.

Perekonomian Somalia hancur,serta berbagai aspek sosial masyarakat lainnya juga mengalami nasib serupa.Hal seperti itu berlangsung sekitar seratus tujuh puluh tahun lamanya .Akhirnya Portugis berhasil diusir oleh pasukan muslim bantuan dari Oman dibawah pinpinan Jenderal Salim As Sarimi.

Rakyat Somalia mekipun berhasil mengusir Portugis bersama bantuan pasukan Oman,namun rupanya keadaan yang sempat mereka rasakan sebelumnya semakin sulit diperoleh kembali dan harus dibayar dengan harga sangat mahal.Karena antara abad ke 13 hingga abad ke 16 eterjadi konflik antara Somalia yang muslim dengan tetangganya Ethiopia yang nasrani,yang merupakan warisan konflik yang ditinggalkan penjajah dari semenanjung Iberia sebelumnya,Portugis .

Pada tahun 1506-1542 pasukan muslim dibawah pimpinan Jenderal Ahmad bin Ibrahim Al Ghazi,seorang pribumi Somlia asli berhasil mengakhiri konflik tersebut dan mennguasai Ethiopia.Lambat laun mereka berhasil menguasai kwasn pesisir yang sebelumnya dihuni oleh orang orang dari etnis Bantu,salah satu kelompok etnis di Ethiopia.Dan baru abad ke 17 mereka berhasil menguasai seluruh kawasan tersebut,dan sejak itu sejarah daerah pesisir utara menjadi daerah sejarah kekuasaan Somalia.Proses islamisasi tidak hanya melalui migrasi dan perdagangan saja,tetapi juga sangat besar peranannya proses islamisasi melalui pendidikan .

Dalam kontek ini pendidikan dimulai dari lembaga lembaga pendidikan yang disebut “kuttab kuttab”yang tersebar diberbagai pelosok Somalia.Dengan kurikulumnya diatur dan ditetapkan sedemian rupa sehingga yang paling utama adalah mata pelajaran di kuttab kuttab itu adalah Al Qur’an,bahasa Arab,dan beberapa ilmu pengetahuan dasar yang menunjang proses pembelajaran itu.

Setelah dianggap selesai belajar di kuttab kuttab,mereka melanjutkan studinyake kota kota yang proses pembelajaran tentang keislaman diadakan di masjid masjid ,dan kemudian melanjutkan kependidikan yang lebih tinggi lagi ,bahkan ada diantaranya yang sampai ke Universitas Al Azhar,Mesir,salah satu universitas tertua didunia.Karenanya di Somalia pada abad ke 20 tidak terdapat pusat ilmu selain yangberkaitan erat dngan islam.

Pada abad ke 19 Somalia telah menjadi kancah konflik persaingan bangsa Eropa antara Inggris,,Jerman,Perancis dan Italia.Mereka hendak menguasai wilayah di tanduk benua hitam yang secara geografis itu sangat strategis dimulut pintu masuk dan keluar ke dan dari Laut Merah dan Samudera Hindia-Laut Arab,untuk mengawal armada dagang mereka dari gangguan lawannya.Sebagai konsekuwensinya,Somalia dipecah menjadi dua bagian oleh Inggris diutara dengan pusatnya di Hargeisa dan Italia di selatan dengan pusat kolonialnya di Mogadishu.

Akhirnya ,Inggris pada tanggal 26 Juni 1960 dan Italia tanggal mengakui kemerdekaan Somalia.Dan berikutnya pada tanggal 1 Juli tahun 1960 juga Italia mengikuti jejak Inggris,dengan mengakui kemerdekaan Somalia baik secara de facto maupun secara de jure.

Maka muncullah sebuah negara Somalia bersatu yang bentuknya republik demokrasi dengan Presidennya yang pertama Adam Abdullah Usman,serta sejak bulan September pada yang sama Republik Somlia secara resmi menjadi anggota PBB.Sebagai negara yang baru merdeka dan baru lepas dari eksploitasi kolonial tersebut tentu saja mengalami berbagai krisis warisan kolonial sebagaimana halnya Indonesia diawal kemerdekaan.

Krisis politik,ekonomi,dan sosial budaya menyebabkan terjadi kekacauan di Somalia yang menggiring kearah perebutan kekuasaan pada tahun 1969.Suatu dewan revolusioner dibawah pimpinan Muhammad Syad merebut kekuasaan dari tangan Presiden Shermerke,serta segera merubah bentuk negara Somalia yang sebelumnya Republik Demokrasi menjadi negara sosialis.Namun Muhammad Syad Barre tidak lama bisa menikmati kekuasaannya,sebab dua tahun berikutnya ia terpental dari kursi emppuknya di Mogadishu.

Sejak saat itu negara Somalia tercabik cabik karena terjadi perebutan kekuasaan antar sesama suku suku yang hendak menguasai Somalia.Konflik intern semakin berkepanjangan yang menambah penderitaan rakyat Somalia,yang semakin mencapai puncaknya pada tahun 1992 dimana terjadi kelaparan di Somalia.Tragedi tersebut mengundang pasukan PBB untuk mengawal proses pengiriman bantuan sandang pangan PBB supaya benar benar sampai dan diterima oleh rakyat Somalia.

Tetapi kedatangan pasukan baret biru kesana juga tidak banyak menyelesaikan masalah kemanusiaan di Somalia,bahkan terutama pasukan Amerika serikat justeru terseret kedalam konflik intern Somalia yang sangat ditentang oleh salah satu faksi pimpinan Farah Aidit.Pada akhirnya pasukan AS ditarik dari Somalia setelah terjadi insiden Mogadishu yang banyak menelan korban dari pasukan Paman Sam tersebut,sehingga Presiden AS waktu itu,Bill Cliton terpaksa menanggung malu karenanya.

Kondisional Somalia sampai sekarangpun layaknya sebuah negara yang menjadi ajang perang saudara antara faksi faksi yang bertikai itu,sehingga berbagai wilayah di Somalia termasuk ibukotanya Mogadishu itu seperti kota hantu,yang sepi selain para milisi bersenjata yang saling bertempur satu sama lainnya padahal para pihak yang bertikai tersebut muslim.

Pemerintah Somalia lumpuh,seperti negara yang tidak bertuan .Keadaan disana masih diselimuti misteri,jika ada informasi dari sana sulit dipercaya kebenarannya.Kini sepertinya masyarakat internasional sudah mengabaikan masalah Somalia,karena belum ada suatu solusi untuk menyelesaikan konflik dan tragedi kemanusiaan yang terus berlangsung tiada henti.

Anehnya juga kemana negara negara kaya Timur Tengah dan negara OKI(organisasi konferensi islam)yang kurang terdengar suaranya,meskipun Somalia tersebut terletak didepan hidung raja raja minyak Timur Tengah itu.

Begitulah gambaran solidaritas umat islam sekarang,padahal didalam harta orang orang kaya,negara negara kaya terdapat hak hak bagi orang orang miskin,negara negara miskin.Kekayaan tersebut tidak layak hanya beredar dikalangan orang orang kaya saja atau negara negara kaya saja,tetapi bantulah mereka dengan apa yang telah diberikan oleh Allah SWT kepadamu.

http://sejarah.kompasiana.com/2011/01/05/somalianegara-tidak-bertuan/

Krisis Semenanjung yang Tak Berujung

| | | 0 komentar

"Sivis pacem, para bellum". Jika mendambakan perdamaian, bersiap-siaplah menghadapi perang.

Boleh jadi pepatah militer kuno Romawi itu sekarang ada dalam benak para pemimpin dan rakyat Korea Selatan. Beberapa kali ”serangan brutal” seteru sekaligus negeri tetangga mereka, Korea Utara, bukan tidak mungkin menyebabkan mereka sampai kehilangan akal.

Belum habis dibuat bergidik dan terkejut ketika Maret lalu dunia dikejutkan melihat rekaman serangan torpedo ke kapal perang Angkatan Laut Korsel, Cheonan, yang diduga kuat berasal dari Korut dan menewaskan 46 prajurit AL Korsel, Pyongyang berulah lagi.

Pada tanggal 23 November 2010, militer Korut membombardir Pulau Yeonpyeong dengan ratusan peluru meriam artilerinya, yang menewaskan empat orang, sebanyak dua orang di antara mereka adalah warga sipil penduduk pulau itu. Dunia kembali mengutuk tindakan itu.

Akibatnya bisa dimaklumi bila Presiden Korsel Lee Myung-bak, sesaat sebelum memulai latihan perang besar-besaran tidak jauh dari kawasan netral kedua negara (DMZ), bereaksi geram dan berjanji akan membalas dengan serangan besar-besaran jika Korut kembali memprovokasi.

”Saya dahulu berpikir kita bisa menjaga perdamaian jika bersabar. Namun, sepertinya hal itu tidak berlaku untuk kasus (menghadapi Korut) sekarang. Ketakutan terhadap perang tidak pernah akan membantu mencegah terjadinya peperangan,” ujar Presiden Lee yang datang langsung ke lokasi.

Kematian ke-46 pelautnya dalam insiden penorpedoan terhadap kapal perang Cheonan sangatlah membekas dan memicu kemarahan besar yang terus berlanjut. Bahkan dalam beberapa kali pembicaraan di antara kedua negara, Korsel menuntut masalah itu dibahas dan diungkap.

Pihak Korut memang tidak pernah mengakui militernya yang ”menghajar” kapal perang itu dengan serangan torpedo. Namun, tim investigasi menemukan serpihan bekas torpedo bertulisan gaya Korut di puing-puing korvet berbobot mati 1.200 ton tadi.

Dalam sejarahnya, provokasi dan agresivitas Korut diyakini memang semakin meningkat seiring dengan perubahan rezim di Korsel. Pada dua pemerintahan Korsel sebelumnya kedua negara bisa sedikit ”bermesra-mesraan”, tetapi kondisi berubah 180 derajat ketika Presiden Lee Myung-bak terpilih pada pemilu 2008.

Pemerintahan Lee, yang didukung kalangan garis keras dan konservatif, tidak menginginkan adanya sikap ”lembek” terhadap Korut, seperti ketika dua pemerintahan lalu menerapkan kebijakan ”Sinar Mentari” (Sunshine Policy) terhadap negara komunis itu.

Kebijakan ”Sinar Mentari” di masa pemerintahan mantan Presiden Kim Dae-jung dan Roh Moo-hyun sebelumnya memang menunjukkan sikap yang jauh lebih ”ramah” dan kooperatif melalui pemberian berbagai macam bantuan dengan harapan Korut ”tobat” dan bersedia melucuti program nuklirnya.

Kebijakan itu didasari filosofi sebuah dongeng anak-anak (fabel) tentang persaingan antara Matahari dan awan. Keduanya bertaruh siapa paling kuat yang mampu memaksa seorang pengelana membuka jubahnya. Sang awan dengan embusan angin dinginnya yang kuat malah membuat si pengelana merapatkan jubahnya. Namun, sang mentari dengan sinar hangatnya justru membikin si pengelana sukarela membuka jubahnya karena kegerahan.

Moral ceritanya, kebaikan akan menghasilkan kebaikan lain secara resiprokal. Berbagai bantuan untuk rakyat Korut yang miskin dan kelaparan diharapkan berbuah kesukarelaan Pyongyang menghentikan program nuklirnya, yang berujung pada penyatuan kembali kedua Korea.

Dalam sebuah kesempatan, anggota legislatif dari Partai Demokratik, Choo Mi-ae, menyayangkan, pemerintahan garis keras dan konservatif Presiden Lee justru merusak pencapaian positif yang sudah didapat dari pendekatan dua pemerintahan terdahulu. Semua berubah ketika Presiden Lee mengambil alih kendali kepemimpinan Korsel, Februari 2008.

”Seharusnya Korea belajar pada kebijakan pendekatan Jerman Barat, yang saat itu sangat didukung baik kekuatan politik konservatif maupun liberal di sana, selama hampir dua dekade. Akibatnya, proses reunifikasi Jerman pun sukses,” ujar Choo.

Akankah Korut kembali berulah? Boleh jadi semua pihak masih harus berharap-harap cemas dan bersiap-siap terkejut dengan ”ulah” Korut yang lainnya.

(AP/AFP/REUTERS/BBC/THE KOREA TIMES/DWA)


Dapatkan artikel ini di URL:
http://www.kompas.com/read/xml/2011/01/06/0330535/krisis.semenanjung.yang.tak.berujung

Sepak Terjang Pasukan Katak TNI di Singapura-Johor

| | | 0 komentar
Di belahan dunia barat, Perang Korea, pada tahun 1950-1953, dikenal sebagai perang yang terlupakan (forgotten war). Di Asia Tenggara, peristiwa Konfrontasi ”Ganjang Malaysia” (1963-1966) juga menjadi perang terlupakan di antara Indonesia melawan Malaysia, Singapura, Brunei, dan Persemakmuran Inggris Raya.

”Saya berulang kali menyusup ke Singapura dari pangkalan di Pulau Sambu dan Belakang Padang di sekitar Pulau Batam. Saya masuk lewat Pelabuhan Singapura dengan menyamar jadi nelayan biasa,” kata Iin Supardi (69), yang kala itu berpangkat kelasi dua pada satuan Komando Pasukan Katak (Kopaska) TNI Angkatan Laut (AL), Selasa (4/1) di Tangerang.

Di Singapura, Iin menggelar operasi intelijen berupa agitasi, provokasi, hingga upaya sabotase. ”Saya mendatangi kelompok pemuda Tionghoa dan pemuda Melayu untuk membangun kecurigaan antara mereka. Saya menghasut kelompok melawan kelompok. Saya menyamar bekerja sebagai buruh pada taukeh Tionghoa di daerah Jurong,” kata Iin mengenang operasi intelijen tahun 1963-1965 itu.

Sambil mengantar barang dagangan berupa hasil bumi ke Singapura atau berlayar mengantar barang selundupan elektronik, celana, dan rokok dari Singapura ke Kepulauan Riau, Iin menyelundupkan bahan peledak berulang kali ke pelbagai lokasi aman di seantero Singapura.

”Saya sering kucing-kucingan dengan Es Ai Di (yang dimaksud adalah Reserse Kepolisian Singapura alias CID). Harus kasih uang suap hingga 50 straits dollar,” kata Iin yang fasih berdialek Melayu Semenanjung dan sedikit menguasai dialek Hokkian yang lazim digunakan di Singapura,

Sebelum bertugas di Kepulauan Riau, Iin melatih Tentara Nasional Kalimantan Utara (TNKU) yang dikenal sebagai Pasukan Gerilya Rakyat Sarawak (PGRS) dan Pasukan Rakyat Kalimantan Utara (Paraku). Dia melatih TNKU di kamp pelatihan milik TNI di Bengkayang, Kalimantan Barat.

Anggota Kopaska menyusup ke Singapura dari pangkalan di Kepulauan Riau di sekitar Batam, Tanjung Balai Asahan, dan daerah sekitarnya. Mereka biasanya menggunakan perahu kecil dengan motor tempel dan menyamar menjadi warga setempat yang memang biasanya memiliki kerabat di Semenanjung Malaya dan Singapura.

Idjad (70), seorang kopral Kopaska asal Sulawesi Selatan, mengaku masuk ke kawasan perkotaan Singapura dan ke Johor di Semenanjung Malaya. ”Saya punya kontak agen lokal bernama Usman yang sangat pro-Indonesia. Usman tinggal di daerah Kampung Melayu. Ketika saya dan teman-teman tertangkap, dia juga ikut ditahan di Singapura,” kata Idjad, yang juga anggota Kopaska.

Idjad mengingat ketiga rekannya sesama Sukarelawan (Sukwan) Dwikora ditangkap di perbatasan Singapura-Johor di Causeway di dekat Kranji dan Woodlands. Ketika itu, para Sukwan sudah bersiap-siap mengebom pipa air yang memasok kebutuhan air di Singapura dari Johor.

Idjad pun masih teringat saat-saat terakhir ketika Sersan KKO (Marinir) Usman Djanatin akan menyeberang ke Singapura sebelum ditangkap, lalu akhirnya dihukum gantung karena mengebom pusat perbelanjaan di Orchard Road bersama rekannya yang bernama Harun. ”Dia minta dicukur kumis sebelum berangkat agar terlihat rapi,” kenang Idjad.

Ketika dibebaskan dari tahanan di Singapura setelah perjanjian damai Indonesia-Malaysia, Usman masih ditahan di Singapura. Idjad mengaku bertemu kembali dengan Usman pada tahun 1972 saat berlangsung latihan gabungan militer Indonesia-Malaysia dan Singapura. Usman tinggal di daerah Changi dan masih terlihat paranoid karena merasa selalu diawasi aparat. ”Meski begitu, dia yakin Merah Putih seharusnya berkibar di Singapura dan Malaysia,” ujar Idjad.

Seorang veteran lainnya, Liem Hwie Tek (71), asal Cirebon yang ditemui tahun lalu, mengaku, para veteran Dwikora di daerah asalnya semakin terlupakan. Liem masih menyimpan ribuan negatif foto konfrontasi di sektor Kepulauan Riau, tempatnya bertugas di seberang Singapura yang belum dipublikasikan hingga kini.

Meski peran mereka terlupakan, para veteran Konfrontasi di Indonesia bangga dan tetap yakin pada cita-cita politik Soekarno menentang neokolonialisme melalui pembentukan Malaysia kala itu.

Fakta hari ini memang membuktikan, tahun 2000-an, bentuk penjajahan baru dari imperialisme perusahaan-perusahaan asing asal negara maju memang menguasai bangsa-bangsa Asia-Afrika yang gagal membangun kemakmuran pascakolonialisme seusai Perang Dunia II. Kita pun boleh mengingat pesan Bung Karno, ”Djangan Sekali-kali Meloepakan Sedjarah”....

(Iwan Santosa)


Dapatkan artikel ini di URL:
http://www.kompas.com/read/xml/2011/01/06/04004958/sepak.terjang.pasukan.katak.tni.di.singapura-johor

Idi Amin Berkuasa Lewat Kudeta

| | | 0 komentar
Pada 25 Januari 1971, Panglima Militer Uganda, Idi Amin, mengkudeta Presiden Milton Obote

Pada 25 Januari 1971, Jenderal Idi Amin, kepala staf angkatan bersenjata Uganda, memimpin kudeta militer terhadap Presiden Milton Obote. Kudeta Amin ini dilakukan saat Obote berada di luar negeri untuk menghadiri Konferensi Negara-negara Persemakmuran.

Menurut laman stasiun televisi BBC, tidak lama setelah pengumuman kudeta, Amin mengerahkan tentara dan tanknya ke jalan-jalan di ibukota Kampala. Bandara Entebbe dan sejumlah jalan utama di negara Afrika tersebut ditutup serta dijaga ketat oleh tentara.

Idi Amin adalah seorang mantan petinju yang karir militernya meningkat pesat di bawah rezim Obote. Sebelum dikudeta, banyak rakyat yang tidak puas dengan kepemimpinan Obote.

Di bawah pemerintahannya, korupsi merajalela di berbagai lembaga pemerintah. Uganda sendiri terancam perang saudara akibat politik diskriminasi Obote yang lebih mementingkan daerah asalnya.

Sejak tersingkir dari Uganda, Obote memutuskan tinggal di Tanzania. Idi Amin sendiri hanya sempat menjabat presiden selama delapan tahun. Pada tahun 1979, pemberontak Uganda dibantu tentara Tanzania berhasil mengkudeta Amin.

Setahun kemudian, Milton Obote kembali berkuasa setelah memenangkan pemilu presiden tahun 1980. Namun masa pemerintahan keduanya tidak lama karena lima tahun kemudian militer Uganda kembali melakukan kudeta yang menaikkan Yoweri Museveni ke tampuk kekuasaan.
• VIVAnews

Suriah Bantai Anggota Ikhwanul Muslimin

| | | 0 komentar
Sedikitnya 30.000 orang tewas saat militer Suriah menyerbu kota Hama pada 2 Februari 1982.

Serangan tersebut dilakukan Suriah untuk membersihkan kota dari pengikut Ikhwanul Muslimin yang anti pemerintah. Beberapa hari sebelum serangan, Ikhwanul Muslimin bersama dengan beberapa kelompok oposisi lainnya melancarkan pemberontakan terhadap Presiden Suriah Hafez al-Assad.

Pihak pemberontak yang didominasi anggota dan simpatisan Ikhwanul Muslimin membersihkan kota dari anasir pro pemerintah dan mengumumkan Hama sebagai kota bebas. Ini adalah puncak konflik antara pemerintah Suriah dengan Ikhwanul Muslimin yang telah memanas sejak akhir 1970-an.

Antara tahun 1979 hingga 1980, sayap militer Ikhwanul Muslimin melancarkan berbagai tindakan kekerasan anti pemerintah. Aksi tersebut mencakup pembunuhan delapan puluh tiga siswa akademi militer di Aleppo dan percobaan pembunuhan terhadap Presiden Assad pada 26 Juni 1980.

Assad membalas upaya pembunuhan terhadap dirinya dengan mengeksekusi secara massal 2000 anggota Ikhwanul Muslimin yang ditahan di penjara Suriah. Hal ini kemudian dibalas Ikhwanul Muslimin dengan meledakkan sejumlah bom mobil di Damaskus yang menewaskan ratusan orang.

Untuk merebut kembali Hama, Assad mengerahkan puluhan ribu tentara Suriah lengkap dengan dukungan artileri dan pesawat tempur. Setelah tiga minggu menghujani Hama dengan ribuan mortir dan bom, pasukan pemerintah akhirnya berhasil masuk ke dalam kota.

Selama beberapa minggu, militer Suriah secara sporadis membantai gerilyawan dan simpatisan Ikhwanul Muslimin yang masih bertahan di dalam kota.
Menurut laporan Komisi Hak Asasi Manusia Suriah, tidak kurang dari 30.000 orang penduduk Hama tewas akibat serangan militer Suriah pada Februari 1982 tersebut.
• VIVAnews

Facebook Resmi Diluncurkan

| | | 0 komentar
Situs jejaring sosial Facebook, resmi diluncurkan 4 Februari 2004.

Pada tanggal 4 Februari 2004, situs jejaring sosial Facebook resmi diluncurkan.
Facebook didirikan oleh seorang mahasiswa Harvard bernama Mark Zuckerberg. Facebook, yang awalnya bernama The Facebook, merupakan situs jejaring sosial yang menghubungkan orang-orang yang memiliki kesamaan minat, hobi, kota, kantor, sekolah, dan sebagainya.

Anggota Facebook dapat menambah teman, berkirim pesan, serta memperbaharui profil mereka. Facebook mengambil inspirasi dari publikasi facebooks yang dibagikan sejumlah perguruan tinggi di Amerika Serikat kepada siswa atau staf baru mereka sebagai cara untuk memperkenalkan orang-orang yang ada di lingkungan kampus.

Awalnya, keanggotaan Facebook terbatas hanya bagi mahasiswa Harvard, namun kemudian berkembang hingga mencakup wilayah Boston, Ivy League, dan Universitas Stanford. Belakangan, Facebook juga membuka keanggotaan bagi mahasiswa dari perguruan tinggi lain, siswa sekolah menengah, dan terakhir, siapapun yang berusia di atas 13 tahun.
Facebook memperoleh investasi pertamanya dari pendiri PayPal, Peter Thiel, senilai US$ 500.000 pada bulan Juni 2004. Setahun kemudian, perusahaan investasi Accel Partners dan Geylock Partners menanamkan modal sebesar US$ 12,7 juta dan US$ 27,5 juta untuk Facebook.

Dengan uang tersebut, pada tahun yang sama, Mark membeli domain facebook.com seharga US$ 200.000. Sejak saat itu, Facebook tampil sebagai situs jejaring sosial terkemuka di dunia dengan memiliki lebih dari 150 juta pengguna aktif.
Meskipun hingga tahun 2005 Facebook masih membukukan kerugian hingga US$ 3,63 juta, berbagai perusahanan raksasa terus mengincar saham perusahaan tersebut. Pada 24 Oktober 2007, Microsoft membeli 1,6 persen saham Facebook senilai US$ 240 juta.
Sebulan kemudian, miliuner Hongkong, Li Ka-shing menginvestasikan dana US$ 60 juta untuk Facebook. Menurut laporan BusinessWeek, total valuasi Facebook pada tahun 2008 mencapai US$ 5 miliar.
• VIVAnews

Indonesia Berutang 6 Juta Gulden

| | | 0 komentar
HB IX adalah sosok yang all out dalam memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan republik ini.

"Yogyakarta sudah tidak punya apa-apa lagi. Silakan lanjutkan pemerintahan ini di Jakarta," tutur Oetarjo menirukan ungkapan HB IX sambil mengeluarkan cek senilai 6 juta gulden dengan berurai air mata di hadapan Ir Soekarno dan menteri-menterinya.
Tidak hanya Sultan HB IX yang menangis, katanya. Waktu itu pun para menteri kabinet Soekarno ikut menangis. Momen itulah yang membuat dirinya selalu tidak kuasa untuk meneteskan air mata ketika mengingatnya.

"HB IX adalah sosok yang all out dalam memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan republik ini," ujarnya lirih menahan tangis di depan wartawan, Selasa (4/1/2011).
"Coba Anda bayangkan. Seorang Raja Jawa yang berwibawa mengumumkan dirinya tidak punya apa-apa di hadapan umum," ujarnya.

Menurut Oetarjo, kala itu memang Yogyakarta sudah tidak punya apa-apa lagi untuk menopang keuangan RI yang pindah ke Yogyakarta. Hampir semua biaya operasional untuk menjalankan roda pemerintahan, misalnya kesehatan, pendidikan, militer, dan pegawai-pegawai RI, saat itu dibiayai Keraton Kasultanan Yogyakarta.

Oetarjo menambahkan, Sultan dan rakyat Yogyakarta memiliki andil besar dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia. "Sultan dan rakyat bersatu tanpa pamrih memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan," ujarnya sambil menyeka air mata. (Tribun Jogja/Abdul Rozak)

Masak di Malaysia, Tidur di Indonesia

| | | 0 komentar
Oleh: Ahmad Wijaya

Jakarta (ANTARA News) - Ny Darlah bukanlah orang kaya, tapi dia bisa ke Malaysia setiap menit bahkan setiap detik tanpa mengeluarkan biaya dan paspor.

Untuk memasak keperluan sehari-hari, wanita asal Bone tersebut, harus "pergi" ke Malaysia dan saat istirahat di ruang tamu dia sudah berada lagi di Indonesia.

Dia juga tidak memerlukan paspor untuk bisa ke Malaysia, layaknya setiap orang yang akan pergi ke luar negeri.

Itu bisa terjadi, karena rumah Darlah yang berada di Dusun Abadi, Desa Aji Kuning, Kecamatan Sebatik, Kalimantan Timur itu, tepat berada di perbatasan Malaysia dan Indonesia.

Rumah Darlah memang memiliki posisi unik, karena separuh rumahnya yang terbuat dari papan kayu berada berada di wilayah Indonesia, sedangkan sebagian lagi di Malaysia.

"Rumah saya memang berada tepat di perbatasan Indonesia-Malaysia. Dapur saya berada di Malaysia dan ruang tamu berada di Indonesia," kata Darlah yang sehari-hari hanya menjadi ibu rumah tangga.

Menurut Darlah, semula dirinya tidak mengetahui bahwa saat membangun rumah bersama suaminya, Mapangara, 10 tahun yang lalu, tanah yang dipergunakan memiliki perbatasan langsung antara dua negara.

Dia merasa tidak ada yang aneh terhadap kondisi rumahnya, bahkan mengaku kehidupannya berjalan seperti biasa dan jarang sekali didatangi petugas imigrasi dari Malaysia.

"Tidak ada yang aneh dengan kondisi ini dan saya juga tidak merasa ada yang mempermasalahkan posisi rumah saya," kata Darlah.

Mapangara mengatakan saat membangun rumah itu 10 tahun yang lalu, dirinya tidak mengetahui bahwa tanah yang dipergunakan bertepatan dengan perbatasan kedua negara.

"Saya tadinya tidak tahu kalau tanah ini ternyata perbatasan langsung dengan Malaysia. Saya tahunya setelah beberapa tahun rumahnya sudah jadi," kata Mapangara dengan logat Bone yang kental.

Sama halnya dengan istrinya, dia pun sewaktu-waktu bisa datang ke Malaysia tanpa memerlukan paspor, hanya untuk keperluan mengambil lauk pauk dan kembali ke Indonesia untuk beristirahat nonton televisi atau sekedar istirahat.

Darlah dan Mapangara, yang warganegara Indonesia, juga mengaku tidak pernah didatangi petugas imigrasi Malaysia untuk menanyakan paspor atau sekedar melihat isi rumah terkait posisi tempat tinggalnya.

Rumahnya yang terbuat dari kayu dan dicat warna Biru pun terlihat sederhana, sementara perabot dan benda-benda yang berada di dalam rumahnya pun tampak sangat sederhana.

"Saya hanya bekerja sebagai tukang bangunan dan kalau ada pekerjaan membangun rumah saya bekerja, tapi kalau tidak ya bekerja seadanya saja," kata Mapangara.

Di Dusun Abadi, rumah yang memiliki posisi seperti itu, sesungguhnya ada beberapa, tapi yang bangunannya tepat di atas garis perbatasan hanya rumah Mapangara.

Lain lagi dengan posisi rumah Riani, seorang ibu rumah tangga yang memiliki satu anak, posisi rumahnya berada di Malaysia tapi untuk berbelanja dan mengantarkan sekolah dia harus ke Malaysia.

"Wilayah Indonesia hanya berada satu meter di depan rumah saya, jadi saya rumahnya di Malaysia tapi untuk aktivitas di luar rumah saya ada di Indonesia," katanya.

Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, dia membuka warung keperluan sehari-hari dan yang berbelanja pun harus "menyebrang" ke Malaysia.

Sekalipun rumahnya berada di Malaysia, dia tetap memilih menjadi warganegara Indonesia.

"Saya datang dari Bugis untuk berkelana dan mencari nafkah ke sini, dan saya tetap warga Indonesia," katanya.

Dia mengatakan selama ini tidak ada masalah yang berarti dengan kondisi seperti itu, seperti dengan ditanya oleh pihak Imigrasi Malaysia tentang keberadaan rumahnya yang sesungguhnya sudah berada di negara Malaysia.

"Tidak pernah ada permintaan untuk meninggalkan atau memindahkan rumah saya saat ini, baik dari pihak Indonesia ataupun Malaysia," katanya.

Baik Mapangara maupun Riani mengaku, mereka tidak akan memindahkan rumahnya dan tetap mempertahankan warganegaranya, sekalipun kondisi hidupnya memaksa harus mondar-mandir Indonesia dan Malaysia.

Gubernur Kaltim Awang Farouk Ishak mengakui, memang cukup banyak warga di provinsinya yang posisi rumahnya bersinggungan dengan Malaysia.

Namun selama ini diakui tidak terlalu menimbulkan masalah yang berarti bagi kedua negara.

"Selama ini tidak terlalu ada masalah dan hubungan antara kedua pemerintah, sepertinya tidak terganggu dengan banyaknya warganegara kita yang memiliki bangunan berada di Malaysia," kata Gubernur Awang Farouk.
(A025/T010/A038)
COPYRIGHT © 2010 ANTARA

Khmer Merah Ganti Nama Kamboja

| | | 0 komentar
Pada 35 tahun lalu, pemimpin milisi Khmer Merah yang saat itu menguasai Kamboja, Pol Pot, mengubah nama negaranya. Kamboja - dari sebutan bahasa Inggris, Cambodia, diganti ke bahasa lokal, Kampuchea.
Di bawah konstitusi yang baru, Pol Pot juga meresmikan pemerintahan komunis di negeri Asia Tenggara itu.

Laman stasiun televisi The History Channel mengungkapkan, selama tiga tahun Pol Pot dan rezimnya berkuasa, warga Kamboja seakan hidup di Zaman Pertengahan. Bukannya memenuhi harapan penduduk Kamboja yang sudah lelah dengan konflik dan pemberontakan, rezim Pol Pot justru membawa teror dan genosida.
Selama berkuasa, Pol Pot bertanggungjawab atas kematian sekitar dua juta warga Kamboja.

Pol Pot, yang lahir dengan nama Saloth Sar pada 1925, memaksa rakyat Kamboja tinggal dan bekerja di desa-desa terpencil. Mereka yang berpendidikan atau memiliki kemampuan finansial langsung dibunuh.

Sekolah-sekolah, surat kabar, rumah sakit, properti budaya dan agama, serta properti pribadi dimusnahkan. Puluhan ribu orang Kamboja tewas karena kelaparan. Sedangkan orang lain dalam jumlah tak terhingga meninggal karena penyakit, kerja paksa, atau dibunuh.
Pada Desember 1978, menyusul pertikaian terkait perbatasan, Vietnam menginvasi Kamboja dan kemudian mengakhiri rezim Khmer Merah. Pol Pot melarikan diri ke Thailand dan menghabiskan hampir dua dekade untuk bersembunyi di kawasan hutan lebat di perbatasan Thailand dan Kamboja.
Pada 1997, Pol Pot ditangkap oleh anggota partainya sendiri atas tuduhan penghianatan. Dia meninggal karena sakit pada 15 April 1998 tanpa pernah mendapat hukuman apapun atas kejahatannya.
• VIVAnews

Rating

Bekas Vaandrig Itu

| | | 0 komentar
Mereka bekas serdadu kolonial berpengalaman. Namun revolusi memecah mereka. Dan revolusi juga buat mereka kecewa.

KNIL punya banyak vaandrig, alias perwira muda rendahan. Banyak diantaranya melampaui pangkat diatasnya. Banyak yang bilang, keberadaan perwira pribumi dalam KNIL adalah keterpaksaan. Karena butuh banyak perwira lapangan. Pangkat tertinggi perwira pribumi yang bertugas di pasukan umumnya mayor. Namun ada juga yang menjadi Letnan Kolonel namun di kesehatan.[1]

Bekas perwira KNIL pribumi, berdasarkan berita radio tanggal 9 Maret 1942 KNIL telah dibubarkan dan seluruh prajurit KNIL tidak lagi terikat dengan sumpah setia Ratu Belanda

Perwira macam ini pastinya mengalami masa pahit pendudukan Jepang yang membuat mereka dendam. Bagaimana tidak, pendudukan Jepang memberi perlakuan khusus kepada bekas perwira KNIL yang tentu saja tidak diberi kesempatan untuk berkarir sebagai perwira militer dalam PETA-karena paham profesionalisme KNIL sebagai militer dengan pengaruh barat. Dimasa pendudukan Jepang Suriosentoso juga diawasi Jepang meskipun kerap berhubungan dengan kelompok bawah tanah Syahrir.[2]

Pasca Proklamasi Sukarno Hatta, sebagian bekas perwira KNIL itu mendukung gerakan kemerdekaan republik Indonesia. Mereka berdiri dibelakangnya dan siap melaksanakan apa yang dimintah pemerintah baru, Republik Indonesia.

Didi Kartasasmita, salah satuy dari bekas perwira KNIL itu, ikut menentukan keberpihakan bekas perwira KNIL pada republik baru. Dikalangan bekas perwira KNIL sendiri paling dominan dalam TNI adalah KNIL angkatan-angkatan terakhir macam Nasution setelah kelompok perwira tua tersingkir satu persatu dari tentara baru itu. Didi adalah lulusan KMA Breda tahun 1938 dan menjadi perwira KNIL sampai PD II meletus dan akhirnya diinternir Jepang.

Sebagai dukungannya pada Republik, Didi mencari para bekas KNIL yang tersebar di Jawa Barat dan Jawa Tengah untuk mengumpulkan tanda tangan untuk mendukung pernyataan yang dibuatnya bersama Soedibyo dan Samidjo.[3]

Di lain tempat, ada beberapa eks perwira KNIL yang ikut KNIL lagi. Ketika KNIL dibangun kembali beberapa mantan perwira KNIL seperti Mayor Surio Sentoso, Kapten Kavaleri Suryobroto, Mayor Sugondo, Letnan Satu Hamid Algadrie bergabung kembali dengan KNIL. Beberapa mantan KNIL bahkan sudah diculik untuk berabung kembali dalam KNIL.[4]

Terdapat juga nama Poerbo Soemitro (kelahiran tahun 1915). Dia menjadi Letnan II sejak 1939, pastinya mengalami ikut berperang melawan Jepang sebelum kapitulasi Kalijati.[5] Diawal kemerdekaan, Poerbo Soemtro yang ditemui Didi Kartasasmita ketika memgumpulkan petisi bekas perwira KNIL untuk mendukung kemerdekaan RI, mendukung isi petisi itu. Belakangan, Poerbo Soemitro justru menyeberang kepada tentara Belanda. Bersama istrinya Poerbo Soemitro mengikuti tentara Belanda yang kembali ke Negeri Belanda.[6]

Sultan Hamid Alqadrie II sebagai perwira KNIL yang mengalami masa interniran setelah kalah dalam pertempuran di Balikpapan, juga pembunuhan Tentara Jepang terhadap ayahnya yang Sultan Pontianak dan anggota keluarganya yang lain, setidaknya membuat Hamid membenci kekejaman fasisme Jepang.[7]

Pemerintahan RI yang baru dengan formasi Sukarno dan Hatta, yang terlanjur dicap sebagai kolaborator fasisme Jepang bahkan juga penjahat perang dimata sekutu, tentu saja tidak menarik simpati sama sekali dari Hamid. Sukarno dan Hatta yang identik dengan Jepang dan cukup mengundang antipati dari sekutu, dimata Hamid bukanlah sosok yang layak dihormati sebagai pemimpin negara baru. Inilah mengapa kemudian Sultan Hamid II terlibat dengan Belanda dalam BFO yang berusaha memperlemah posisi RI.[8]

Hamid adalah lulusan KMA Breda juga.[9] Dia cukup lama jadi Letnan KNIL. Dan pernah alami sebuah diskriminasi rasial juga. SROI yang didirikan atas prakarsa Sultan Hamid II itu untuk mencetak perwira tentara federal BFO itu.[10] Dari latar belakang Hamid dapat diramalkan bagaimana arah sekolah perwira itu. Model perwira itu bisa saja sama dengan para lulusan KMA Breda. Tentara BFO itu juga tidak jauh dari model militer KNIL.

Kolonel Sugondo juga mantan KNIL yang kecewa dengan keadaan. Menurut Hamid beberapa perwira yang kemudian gabung dengan APRIS mengeluh. Menurut Hamid “Perwira-perwira itu, di Kementrian Pertahanan hanya doiberi meja saja dengan tidak diberi komando” oleh petingg APRIS.[11]

Kolonel Soegondo sebenarnya sudah dinyatakan pensiun tahun 1939.[12] bekas perwira KNIL pribumi yang berpihak pada Belanda selama revolusi kemerdekaan umumnya telah berpangkat perwira menangah, sudah mayor, sebelum PD II berlangsung.

Satu persatu mantan Perwira KNIL seperti Urip Sumoharjo menghilang daari markas Besar TKR dan Didi Kartasasmita lalu mengundurkan diri dan hidup di Pariangan karena merasa tidak lagi diterima dalam Markas Besar Tentara Keamanan Rakyat. Usia tua membuat Oerip harus mundur dari pertarungan antar kepentingan dalam Markas Besar TKR. Perannya untuk TKR dianggapnya sudah cukup dalam pendirian Markas Besar TKR di Jogjakarta. Organisasi Tentara pun sudah dia rancang. Sebagai sosok yang tidak ambisius, dirinya merasa lebih baik mundur dan jalani hari tuanya dengan tenang.

Markas Besar TKR hanya menyisakan beberapa mantan perwira KNIL yang lebih muda. Suryadarma dan Didi Kartasasmita lalu digolongkan sebagai orang tua setelah kepergian Urip dari dinas militer. Perwira lain adalah perwira mantan KNIL muda seperti Nasution dan Simatupang. Meski muda, mereka cukup brilyan dalam TKR, meski juga tidak disenangi. Nasution adalah satu-satunya mantan perwira KNIL yang bisa mencapai jabatan tertinggi dalam Ketentaraan, sebagai KSAD lalu menjadi Panglima Tertinggi Angkatan Perang dalam kurun waktu yang cukup lama dan berliku karena ditentang banyak perwira mantan PETA.[13]

Didi, mengaku berberat hati, menulis surat pengunduran dirinya pada Presiden tanggal 20 april 1947. Surat itu tidaklah berbalas dengan pengabulan dari pemerintah. Didi tetap saja diberi posisi tidak strategis di ketentaraan selama setahun lebih. Akhirnya, pada 31 Juni 1948, Didi resmi tidak berhubungan dengan tentara republic yang pernah dia bangun. Pasca pengunduran dirinya Didi kembali ke Jawa barat. Dalam perjalanan, Didi dibawa tentara Belanda yang menangkapnya ke Purwokerto. Dari Purwokerto Didi dibawa ke Semarang. Dan terbang dari lapangan udara Jatingaleh ke Jakarta. Didi kemudian menetap di Bandung. Dimana Didi dibujuk untuk jadi komandan Veilligheids Bataljon Negara Pasundan. Namun Didi lebih memilih bekerja di dinas kesehatan Negara Pasundan saja.[14]

Disbanding, Sultan Hamid II, Soeriasentoso dan lainnya, Didi jauh dari klaim pengkhianat Indonesia. Meski kecewa setidaknya Didi pernah membangun tentara republik di awal kemerdekaan. Mengapa Didi masuk ke daerah pendudukan Belanda? Mungkin adalah salah satu bentuk kekecewaannya pada tentara republik yang pernah dibangunnya bersama Urip Sumoharjo.

Rupanya tidak hanya Didi saja yang keluar, mantan perwira KNIL lain yang keluar dari tentara republik adalah Kolonel Samidjo dan Jenderal Mayor Soedibyo.[15] Mereka tampaknya juga kecewa.

Mereka semua, mulai dari Hamid, Soegondo, hingga Didi adalah orang potensial yang kecewa pada keadaan. Ada yang kecewa dengan Negara baru yang dipimpin kolaborator Jepang, Sukarno-Hatta. Ada yang kecewa dengan sekelompok perwira bekas didikan Jepang yang dominan di ketentaraan. Dan lainnya. Hingga mereka mau bekerja sama dengan musuh. Hal yang manusiawi.

http://sejarah.kompasiana.com/2011/01/04/bekas-vaandrig-itu/

Mati Karena Miskin

| | | 0 komentar
Berita enam warga Jepara yang mati keracunan tiwul (terbuat dari singkong) adalah rangkaian dan representasi derita rakyat miskin negeri yang bergunung-gunung emasnya dinikmati bangsa asing ini. Rasanya tak cukup kekayaan alam negara ini untuk dimakan oleh warganya sendiri. Ada pembiaran terhadap keserakahan para raksasa. Juga ada penurunan angka kemiskinan dengan cara membiarkan orang-orang miskin mati kelaparan atau penyakitan.

Saya jadi ingat penelitian Prof Mubyarto almarhum yang menunjukkan daya hisap investasi partikelir di negara ini yang memakan lebih dari rata-rata 50 persen produksi di tiap-tiap daerah di negara ini, meski angka penghisapannya tidak sama.

Pemerintahan negara Indonesia saat ini menggunakan tolok ukur pertumbuhan ekonomi, ciri khas parameter ekonomi kapitalisme, membanggakan angka pertumbuhan. Tapi itu kebanggaan yang sesat, diliputi senyum-senyum yang menjijikkan menimbulkan kebencian yang kian meluas. Tak ada presiden Indonesia yang wibawanya sejatuh saat ini, setiap gerak dan bicaranya menjadi bahan cibiran dan olok-olok di mana-mana.

Pemerintahan oligarki yang menjadi peliharaan konglomerat hitam yang juga dibenci masyarakat. Kebencian itu bukan karena cermin buruk hati tetapi karena kejengkelan yang memuncak menyaksikan perselingkuhan dalam pemerintahan bebal yang tak tahu malu.

Para pejabatnya banyak yang korupsi, pembuangan anggaran negara sia-sia dengan berbagai acara yang berbiaya mahal yang tak punya efek korelatif dengan perbaikan hidup masyarakat. Inilah pemerintahan foya-foya.

Media tentu hanya memberitakan yang diketahui. Di dusun-dusun pedamalan yang tersebar bahkan di dalam hutan-hutan ada banyak kemiskinan yang rata yang mengabadi sejak Orde Lama hingga kini. Demi menyambung nyawa orang makan apa saja yang bisa dimakan yang kadang bertaruh dengan risiko kematian.

Berlipat-lipatnya jenjang pemerintahan dari pusat, provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, kelurahan/desa seolah tak ada artinya untuk memantau dan mengetahui serta mengurus kesulitan warga negaranya. Lalu apa yang dikerjakan? Apakah sekadar mempersulit pengurusan KTP, surat pindah tempat, pembayaran pajak, izin lokasi?

Orang mungkin mengatakan bahwa siapa yang miskin harus menyalahkan diri-sendiri karena dikata malas. Tapi apakah mereka tahu bahwa seorang buruh tani bekerja sehari mencangkul tanah penghasilan sehari hanya cukup dimakan sehari? Apakah mereka tahu seorang buruh jahit bekerja keras upah mingguannya hanya cukup dimakan tiga hari? Apakah mereka paham empirisitas ketidakmampuan alamiah yang menjadi pembahasan para filsuf sejak zaman kuno? Apakah mereka paham apa yang disebut pemiskinan struktural oleh perselingkuhan pemerintahan dan korporasi?

Barangkali ada orang miskin berubah nasib yang dengan sombong menjawab: “Buktinya saya bisa begini karena bekerja keras!” Andai saja dia adalah orang-orang yang tidak mempunyai kesempatan yang sama seperti dirinya tentu tak akan berkata sombong seperti itu.

Intinya, sesuai tujuan dibentuknya negara, ada kewajiban bagi para pengurus negara untuk mengatasi masalah-masalah warga negaranya. Tidak layak ada pengurus negara yang mempunyai gaji dan tunjangan bulanan yang bisa dibuat makan keluarganya selama dua bulan, sementara masih ada rakyat yang mati kelaparan atau mati keracunan makanan yang tak layak konsumsi karena miskin. Tak layak ada pengurus partai politik yang berkekayaan megah hidup di negara yang penuh dengan rakyat miskin. Kesenjangan distribusi kekayaan negara yang melebar jauh menunjukkan bahwa negara belum berfungsi secara benar. Ada banyak orang mati karena terlalu banyak makan makanan mahal, ada banyak yang mati karena miskin. Percuma saja dibuat negara jika tak mampu atau tak mau mengatur distribusi kekayaan negara.

Andaikan para kepala desa, lurah, camat, bupati, walikota, gubernur dan dan presiden Indonesia adalah Khalifah Umar bin Khatab, mereka akan memanggul karung-karung bahan pangan dengan pundaknya sendiri untuk diantar kepada rakyatnya yang kekurangan pangan. Mereka akan marah ketika petugas negara/pemerintah hendak membantunya sebab dosa dan tanggung jawab atas kelalaian para pemimpin ditanggung dengan pundaknya sendiri yang tak dapat diwakilkan kepada para bawahannya.

Jika pemerintahan zaman kuno yang tidak mengenal paham demokrasi dapat berfungsi baik, lalu mengapa pemerintahan demokrasi ini justru tak berfungsi dengan benar?


http://sosbud.kompasiana.com/2011/01/05/mati-karena-miskin/

Helikopter Bung Karno

| | | 0 komentar
Di akhir tahun 1950-an dan awal tahun 1960-an, Presiden Soekarno sering menggunakan pesawat helikopter VVIP kepresidenan yang antara lain digunakan untuk bepergian dari Istana Merdeka ke Istana Bogor. Konon Presiden Soekarno adalah merupakan Presiden pertama di dunia yang memiliki pesawat Helikopter Kepresidenan. Paling tidak, Bung Karno telah lebih dahulu menggunakan Helikopter untuk transportasi Jakarta Bogor daripada Presiden Amerika Serikat untuk transportasi dari Gedung Putih ke Camp David.

Seperti diketahui, pada tahun 1960, Presiden Amerika Serikat Dwight Eisenhower memberikan hadiah sebuah helikopter VIP, Heli Kepresidenan Sikorsky S-58 (piston engine) kepada Presiden Republik Indonesia Bung Karno. Seiring dengan itu pabrik pembuat pesawat Helikopter tersebut, Sikorsky Aircraft USA menugaskan seorang engineer “jagoan” bernama Arthur Wheller Loper, yang akrab dipanggil Archie. Seorang ahli teknik pesawat helikopter kelahiran 24 Januari 1933 di Connecticut, Amerika Serikat.

Archie bertugas sejak tahun 1960 di Indonesia dengan tugas utamanya menyiapkan Sikorsky kepresidenan agar selalu dapat berada dalam kondisi yang siap terbang. Tugas ini berlanjut, berkait dengan sebuah Helikopter Sikorsky lainnya yaitu Heli VIP Sikorsky S-61 (turbine engine) yang dihadiahkan oleh Presiden Kennedy untuk Bung Karno. Untuk ini maka Archie lah yang ditugaskan bertanggung jawab terhadap kesiapan, pemeliharaan dan perawatan kedua pesawat tersebut.

Sejak tahun 1965 Archie Loper ditugaskan sebagai Regional Director Sikorsky untuk South East Asia yang home base nya berkedudukan di Bangkok, Thailand. Secara rutin, Archie berkunjung ke Pangkalan Udara, ATS, Atang Senjaya di Bogor untuk membantu para teknisi Angkatan Udara dalam menyiapkan kedua Heli VIP kepresidenan tersebut. Saat itu kedua Heli Sikorsky hadiah Presiden Amerika Serikat telah ditetapkan sebagai bagian dari kekuatan armada Helikoper Angkatan Udara Republik Indonesia bersama-sama dengan beberapa Helikopter dari Rusia, Mi-4 dan Mi-6.

Peran Archie Loper tidak saja membantu kelancaran operasi penerbangan kedua helikopter tersebut, namun ia juga banyak berperan dalam upaya pengembangan armada udara helikopter di Indonesia khususnya Angkatan Udara. Pada tahun 1971 melalui program bantuan Amerika, Military Assistence Program Archie berhasil mendatangkan 1 skadron pesawat heli Sikorsky versi militer UH-34D, piston engine eks perang Vietnam. Pesawat-pesawat ini kemudian secara bertahap dimodifikasi menjadi S-58T Twinpac di Deppo 10 TNI Angkatan Udara.

Dilapangan ,pesawat S-58 membuktikan dirinya sebagai pesawat helikopter yang sangat handal. Pesawat ini benar-benar telah sangat berjasa dalam banyak misi yang dilaksanakan oleh jajaran Angkatan Udara. Berbagai tugas seperti misi penerbangan angkutan pasukan dan juga dukungan logistik di berbagai medan tempur. Disamping itu pesawat ini juga mampu melaksanakan misi SAR, evakuasi medis di medan tempur. Angkatan Udara menggunakan pesawat S-58 ini selama lebih dari 30 tahun, satu prestasi daya guna pesawat heli yang tidak mudah dapat diperoleh dari jenis pesawat lainnya.

Kembali kepada pesawat helikopter Bung Karno, pernah disatu saat, pada awal diterimanya pesawat helikopter tersebut, Bung Karno mengajak ibu Fatmawati untuk terbang bersama melihat keindahan kota Jakarta dari udara. Pesawat helikopter kepresidenan ini, hampir setiap hari, minimal bila dibutuhkan, selalu standby dihalaman Istana. Terkadang terlihat take off dari halaman depan Istana Merdeka, namun sering juga take off dan landing dihalaman terbuka diantara Istana Merdeka dengan Istana Negara. Nah, pada saat pesawat helikopter take off dan atau landing di halaman tengah antara dua istana itu, kami anak-anak Segara IV, “nonton” menyaksikan helikopter tersebut. Anak-anak nonton dari halaman belakang rumahnya Mr Soedaryo yang memang pagarnya berbatasan langsung dengan halaman Istana. Untuk keperluan nonton gratis ini, sudah disediakan bangku panjang oleh keluarga Mr. Soedaryo, mungkin dengan tujuan untuk mencegah anak-anak itu memanjat dinding Istana, yang tentu saja akan berbahaya dan dapat berakibat fatal.

Betapa senang dan kagumnya kami semua , setiap menyaksikan helikopter Bung Karno take off maupun landing. Sekedar tambahan informasi saja, bangku panjang untuk melihat helikopter tersebut, juga berfungsi ganda. Pada kesempatan-kesempatan tertentu, anak-anak juga sering mengintip halaman Istana yang kadang-kadang bila beruntung, dapat menyaksikan burung merak yang besar tengah membuka ekornya yang indah itu. Di halaman Istana hanya ada dua mahluk yang sering berseliweran disitu, yaitu burung Merak dan atau para pelayan Istana yang secara rutin berkeliling lapangan rumput yang terawat rapi untuk mengambil daun-daun besar yang berjatuhan disekitarnya. Para pelayan mengambil daun-daun yang berjatuhan tersebut dengan sebuah batang kawat panjang, sehingga memudahkan untuk memungutnya, tanpa harus berjongkok, yaitu dengan hanya menusukkan saja ke daun tersebut. Terlihat kemudian, batang kawat itu seperti sate raksasa dengan dagingnya berupa daun lebar yang berjatuhan disitu.

Bila anak-anak sedang bermain, kemudian terdengar suara helikopter,maka seperti ada perintah, semua berhenti bermain dan langsung lari berebutan kebelakang rumah Iwan (putra sulung Mr.Soedaryo) mengambil posisi strategis diatas bangku panjang untuk menyaksikan adegan paling mempesona, yaitu take off atau landingnya helikopter Bung Karno.

Dipastikan, hal tersebut adalah kesempatan yang paling langka, yaitu untuk dapat menyaksikan adegan helikopter kepresidenan take off dan landing dari jarak yang relatif dekat. Posisi anak-anak melihat helikopter tersebut relatif aman, karena tidak jauh dari pagar pembatas Istana disebelah kanannya ada pohon beringin yang sangat besar dan lebat sekali, sehingga terlindung dari hembusan angin yang berasal dari pesawat helikopter. Anak-anak tersebut memang hanya mendapat ruang yang relatif sempit, namun cukup jelas untuk dapat melihat diantara rindangnya pohon-pohon besar dan kecil yang rimbun didekat pagar Istana.

Menyaksikan take off dan landing helikopter Bung Karno, sungguh merupakan kebanggaan dan kesenangan tersendiri bagi anak-anak semua. Biasanya, mereka langsung menceritakan hal tersebut kepada orang tua masing-masing. Tentu saja para orang tua , umumnya tidak ada yang senang, bahkan kemudian melarang agar tidak melakukannya lagi. Akan tetapi, seperti biasanya anak-anak, tetap saja setiap kali terdengar suara helikopter, mereka berlari-lari kebelakang rumah Iwan mengambil posisi menonton diatas bangku panjang yang tersedia dibawah pagar. Demikian selanjutnya, dengan penuh kebanggaan pula mereka ceritakan lagi sesampai di rumah kepada ayah dan ibunya, dan berulang kembali teguran orang tua terhadap hal tersebut. Setelah beberapa kali berulang, sampai pada satu saat, bangku panjang sudah tidak tersedia lagi ditempatnya, dan para anak-anak hanya dapat berdiri dibawah pagar, sambil hanya dapat membayangkan take off atau landingnya helikopter Bung Karno. Rupanya, dibelakang hari, diperoleh informasi bahwa orang tua Iwan sudah mengetahui duduk masalahnya, dan kira-kira dari hasil pertemuan para orang tua, diputuskanlah untuk memindahkan bangku panjang yang biasanya terdapat dibawah pagar tepat berhadapan dengan halaman istana yang digunakan untuk helikopter take off dan landing. Maka berkahirlah kegiatan yang sebenarnya , agak membahayakan bagi anak-anak kecil seusia itu. Namun, apapun yang terjadi, paling tidak dengan menyaksikan atraksi menarik dari take off landingnya helikopter Bung Karno, anak-anak jalan Segara IV, telah memperoleh sesuatu yang berharga, sesuatu yang telah merangsang minat anak-anak terhadap pesawat terbang. Merangsang anak-anak dalam mengembangkan “air mindedness’, rasa senang tentang hal-hal yang menyangkut keudaraan dengan menikmati kekaguman terhadap manuver sang burung besi hasil teknologi maju yang dapat membuat orang bisa terbang sebagaimana layaknya seekor burung.

Puluhan tahun setelah itu, kami anak-anak Segara IV, kemudian baru menyadari, bahwa pada peristiwa 1965, helikopter yang sering kita saksikan di halaman istana, telah digunakan oleh Subandrio cs , melarikan diri dari istana Merdeka pada saat sidang kabinet yang tengah dikepung pasukan, menuju ke Istana Bogor, sebagaimana yang diberitakan pada banyak literatur tentang G-30 S PKI di tahun 1965.

Itulah Helikopter Bung Karno yang telah menorehkan sejarah, mulai dari perjalanan jauhnya, yang berasal dari Amerika Serikat sampai dengan melayani kegiatan Bung Karno sebagai Presiden pertama RI dan kemudian berakhir dengan istirahatnya sang burung besi yang mempesona itu di Semplak, Lanud ATS, Bogor.

Jakarta 4 Januari 2011

Chappy Hakim

http://unik.kompasiana.com/2011/01/04/helikopter-bung-karno/

Romusha, Neraka Ala Soekarno!

| | | 0 komentar

Pada 1942, Jepang menguasai Indonesia. Mereka berhasil mengambil alih kendali dari tangan Belanda. Begitu pula di beberapa negara asia tenggara lainnya, Jepang juga berhasil menguasai dan mengendalikannya.

Demi mempertahankan daerah-daerah kekuasaannya tersebut, Jepang merencanakan pembangunan rel kereta api guna mempercepat pengangkutan logistik dan tentara. Jepang juga merencanakan untuk menambang sumber daya alam Indonesia (emas, batu bara dan lainnya). Untuk mengerjakan semuanya, Jepang membutuhkan banyak pekerja paksa atau dalam bahasa Jepang disebut romusha: pahlawan kerja.

Di Indonesia, romusha dihimpun langsung oleh Presiden Soekarno. Konsekuensi langsung dari kebijakan politik terkait kesepakatan dengan Kaisar Jepang, Tenno Heika, untuk mempercepat dan mendukung proses kemerdekaan Indonesia.

Para pemuda dan orang dewasa -Belanda dan pribumi- dibujuk, ditangkap paksa dan diangkut dengan truk. Mereka kemudian dikirim ke pelbagai lokasi kerja, di Indonesia maupun di negara lain. Jumlah yang terhimpun sekira 4-10 juta orang. Banyak dari mereka yang mati mengenaskan: kelaparan, kedinginan, sakit, disiksa, dibunuh dan sebagian menjadi santapan binatang buas.

Terkait romusha, presiden Soekarno melontarkan beberapa pernyataan:

“Sesungguhnya akulah yang mengirim mereka untuk kerja paksa. Ya, akulah orangnya. Aku menyuruh mereka berlayar menuju kematian. Ya, ya, ya, akulah orangnya. Aku membuat pernyataan untuk menyokong pengerahan romusha. Aku bergambar dekat Bogor dengan topi di kepala dan cangkul di tangan untuk menunjukkan betapa mudah dan enaknya menjadi seorang romusha…”

“…Aku melakukan perjalanan ke Banten untuk menyaksikan tulang-tulang kerangka hidup yang menimbulkan belas, membudak di garis belakang, jauh di dalam tambang batu bara dan emas. Mengerikan. Ini membuat hati di dalam seperti diremuk-remuk.”

“Ada dua jalan untuk bekerja. Pertama dengan tindakan revolusioner, kita belum siap. Kedua adalah bekerja sama dengan Jepang sambil mengonsolidasikan kekuatan dan menantikan sampai tiba saatnya ia jatuh. Saya mengikuti jalan kedua.”

“Dalam setiap perang ada korban. Tugas dari seorang panglima adalah memenangkan perang, sekalipun akan mengalami beberapa kekalahan dalam pertempuran di jalan. Andaikata saya terpaksa mengorbankan ribuan jiwa demimenyelamatkan jutaan orang, saya akan lakukan. Kita berada dalam suatu perjuangan untuk hidup…”


*****

Logas adalah kawasan di tengah hutan belantara antara Sumatera Barat dan Riau. Pada 1943-1945, Jepang membangun rel kereta api di sini, menghubungkan Sumatera Barat dan Riau. Puluhan romusha dikerahkan untuk mengerjakannya. Logas menjadi kawasan pekuburan dan saksi bisu tragedi yang mengerikan.

Romusha terdiri dari pemuda-pemuda pribumi yang ditangkapi secara paksa sepulang sekolah; bahkan yang sedang nongkrong atau jalan-jalan. Mereka diangkut dengan truk dan dibawa ke Logas. Beberapa tawanan Belanda juga dijadikan romusha.

Para romusha hidup di tengah hutan belantara. Dikomandoi Letnan Doi Isamu yang kejam, mereka bekerja keras siang-malam, makan seadanya dan tidur berselimutkan dingin dan sengatan nyamuk malaria. Kalau mereka lari, harimau sumatera dan binatang buas lainnya siap menerkam di hutan. Tak ada catatan pasti tentang jumlah kematian, tapi yang jelas: belasanromusha mati tiap harinya selama dua tahun.

Bagaimana dengan romusha Indonesia yang dikirim ke negara lain? Di negara Burma, sebagaimana diakui dan digambarkan presiden Soekarno: hampir 99% mati.[]

Sumber:

“Bung Karno dan Lembar Hitam Romusha” oleh Roso Daras.

“Neraka Rimba Logas” oleh Marthias Dusky Pandoe.


http://sejarah.kompasiana.com/2011/01/04/romusha-neraka-ala-soekarno/

Penakluk Pertama Kutub Selatan

| | | 0 komentar
Butuh waktu 80 hari bagi Sir Edmund Hillary dan timnya menjelajah ke Kutub Selatan

Tepat 53 tahun yang lalu , Sir Edmund Hillary berhasil tiba di Kutub Selatan. Hillary adalah penjelajah pertama yang berhasil mencapai wilayah tersebut sejak ekspedisi Kapten Robert Scott pada 1912.

Menurut stasiun televisi BBC, pengelana asal Selandia Baru itu tiba di Kutub Selatan setelah menempuh perjalanan sepanjang 1.930 kilometer di tengah kondisi cuaca yang buruk. Saat tiba di pusat kutub, tim Hillary hanya memiliki persediaan satu drum bensin untuk bahan bakar kendaraannya.
Untuk ekspedisinya saat itu, Hillary menggunakan kereta traktor untuk mengangkut persediaan makanan dan bahan bakar. Butuh waktu 80 hari bagi Hillary dan timnya untuk sampai ke Kutub Selatan.

Setelah beberapa kali menaklukkan tempat paling ekstrim di dunia, termasuk puncak Gunung Everest, sejak tahun 1960-an Hillary mulai mengabdikan hidupnya untuk kegiatan sosial. Pada tahun 1961 ia mendirikan sebuah yayasan untuk memajukan pendidikan dan kesehatan masyarakat Sherpa. Melalui yayasan tersebut, Hillary membangun sekolah, rumah sakit dan jembatan di kawasan Himalaya, Nepal.
Pada tahun 1984 hingga 1989, Hillary diangkat oleh pemerintah Selandia Baru sebagai Duta Besar untuk India yang berkedudukan di New Delhi. Sir Edmund Hillary meninggal dunia pada 11 Januari 2008 di usia 88 tahun.
• VIVAnews

Fidel Castro Kuasai Kuba

| | | 0 komentar

Selama 1959 hingga 2008, pemimpin pemberontak itu menjadi penguasa Kuba

Pada 52 tahun lalu, pasukan pemberontak komunis di bawah pimpinan Fidel Castro berhasil menguasai Kuba. Fulgencio Batista, presiden Kuba yang pro Amerika, melarikan diri ke luar negeri.

Menurut stasiun televisi BBC, sejak 1958, dukungan rakyat Kuba terhadap pasukan pemberontak pimpinan Castro terus menguat. Kebijakan tangan besi rezim Batista semakin menguatkan tekad rakyat untuk menjatuhkan pemerintah.

Sebelum meninggalkan Kuba, Presiden Batista menyerahkan kekuasaannya kepada sebuah junta militer yang kemudian menyerukan gencatan senjata. Namun ajakan tersebut ditolak Castro yang menyebabkan kekacauan merajalela di seluruh Kuba.

Setelah sempat melarikan diri ke Republik Dominika, mantan presiden Batista akhirnya menetap di Spanyol dan Portugal. Mantan kepala polisinya, Esteban Ventura, mendapat visa permanen untuk tinggal di Amerika Serikat pada tahun 1979.

Pada tanggal 2 Januari 1959, Castro mengambil alih pemerintahan Kuba. Tujuh bulan kemudian, ia diangkat menjadi presiden. Tindakan pertamanya adalah menasionalisasi perusahaan dan perkebunan gula milik AS di Kuba.

Sejak saat itu hubungan Kuba dan AS terus memanas yang memuncak pada krisis rudal Kuba pada tahun 1962.

Castro memimpin Kuba dari 1959 hingga 1976 dengan bergelar perdana menteri, sebelum akhirnya berganti status menjadi presiden. Seiring dengan kesehatannya yang memburuk, Castro akhirnya pensiun sebagai presiden pada Februari 2008 setelah menunjuk adiknya, Raul, sebagai pengganti.

• VIVAnews

populer

Layak dibaca

IKUT TAMPIL....... BOLEH....?