SPANDUK Rp. 6.500,-/m Hub: 021-70161620, 021-70103606

G30S Dalam Pandangan Dewi Soekarno

| | | 0 komentar
MISTERI Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia (G30S/PKI) kini mulai terungkap. Ini setidaknya menurut versi Ratna Sari Dewi, istri almarhum Presiden Soekarno, yang menyingkapkannya kepada wartawan di Jakarta, Rabu (7/10). Dengan tutur bahasa Indonesia yang kurang lancar, Dewi memaparkan secara runtut kejadian sekitar tragedi berdarah yang membenamkan bangsa Indonesia dalam kepedihan berkepanjangan itu. “G30S/PKI bukanlah suatu kup atau kudeta.

Kudeta terjadi justru tanggal 11 Maret dengan Surat Perintah 11 Maret yang menghebohkan itu,” kata Dewi dalam konferensi pers di kediamannya yang asri di Jl. Widya Chandra IX No. 10. Jumpa pers ini dihadiri ratusan wartawan dari dalam dan luar negeri. Maka meluncurlah cerita dari bibir mungil wanita yang masih cantik di usianya yang mendekati kepala enam ini. Dengan sangat ekspresif, ia bahkan memperagakan saat-saat akhir Bung Karno (BK) ketika dibawa dari Wisma Yaso ke Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD). “Sebelum 30 September, Bapak (Bung Karno-BK, red) memanggil Jenderal A. Yani untuk menanyakan tentang adanya Dewan Jenderal yang hendak melakukan kudeta dan membunuhnya,” kata Dewi mengutip ucapan suaminya. Saat itu, Pak Yani menyatakan bahwa dirinya sudah tahu tentang hal itu, dan nama-nama para jenderal itu sudah ada di tangannya. “Jadi Bapak tidak usah khawatir,” kata A. Yani. Saat itu, sebetulnya tidak ada yang memberitahu anggota pasukan Tjakrabirawa, pasukan pengawal presiden, tentang rencana makar terhadap panglima revolusi ini. Entah mengapa, pentolan Tjakra seperti Letkol Untung, Kolonel Latief dan Supardjo mengetahuinya. “Mungkin ada yang memberi tahu mereka,” ucap Dewi mengutarakan prediksinya.

Sebagai perwira muda yang sangat loyal kepada BK, didorong kekhawatiran akan keselamatan BK, pasukan Tjakra ini bertanya-tanya apa yang harus dilakukannya. Sebab kalau lapor kepada atasannya, diperlukan bukti-bukti padahal mereka hanya punya waktu sekitar empat hari lagi, karena kudeta akan dilakukan tanggal 5 Oktober 1965 saat ulang tahun ABRI. “Lebih baik kami interogasi saja jenderal-jenderal itu,” kata Dewi tentang niat para perwira muda di kesatuan Tjakra ini. Hal ini sebenarnya tidak direncanakan dengan baik, karena para perwira muda ini didorong oleh suasana emosi dan darah mudanya yang memang panas. Guna menghindari kemungkinan yang lebih buruk, Kol. Latief menemui Pak Harto di RSPAD dan membicarakan tentang rencana dewan jenderal. Juga diungkapkan kekhawatirannya terhadap keselamatan BK dan anggotanya serta rencana menginterogasi anggota dewan jenderal. “Kalau ada apa-apa, Pak Harto bisa mem-back up,” kata Dewi. Namun permintaan itu ditanggapi dingin oleh Pak Harto yang saat itu menjabat Pangkostrad. Sebetulnya, kalau mau Pak Harto bisa mencegah kejadian ini. Namun karena tidak hirau, Pak Harto membiarkan pasukan Tjakra bertindak. “Tjakra bermaksud menyelamatkan BK. Masudnya baik tapi caranya kasar. Saya bisa mengerti karena darah mudanya,” tutur Dewi.

Untuk menginterogasi para jenderal itu, Letkol Untung tak mungkin menyuruh prajurit muda dengan pangkat rendah. Mereka ini hanya bertugas menjemput para jenderal untuk diinterogasi. “Para prajurit ini tak mungkin berani memanggil Pak Yani yang jenderal untuk menghadap. Karena itu, mereka meminta para jenderal untuk menghadap BK dan tidak ada sama sekali rencana untuk membunuh mereka,” jelas Dewi yang sempat menghebohkan masyarakat Indonesia lewat buku yang menampilkan seluruh tubuhnya, Madame D’syuga. Namun karena mereka masih muda, kerap kali keluar kata kasar yang tidak layak ditujukan kepada jenderal sehingga mereka marah. Contohnya Jenderal Yani yang menampar seorang prajurit dan akhirnya ditembak di tempat, sebagaimana terungkap dalam film G30S/PKI arahan Arifin C. Noer. “Jadi gerakan itu bukanlah orang PKI melainkan orang-orang militer. Ini merupakan insiden yang sangat bodoh, idiot, cruel dan harus dicela,” kata mantan geisha di Jepang ini. Menurut Dewi, usai gerakan ini Soeharto langsung menyatakan bahwa pelakunya adalah PKI. Itu diutarakan lewat RRI sehingga membentuk opini masyarakat tentang jahatnya PKI. Saat HUT TNI, Soeharto telah berhasil menguasai TNI. “Mengapa rencana kudeta itu tanggal 5 Oktober? Karena saat itu semua maklum bila tentara keluar barak menuju istana untuk memperlihatkan keterampilannya di hadapan presiden. Saat itu ada show of tank. Ini persis dilakuan CIA ketika menjatuhkan Presiden Mesir Anwar Sadat yang meninggal saat defile angkatan perangnya,” kata Dewi yang saat konferensi pers mengenakan batik tulis ‘lusuh’ warna cokelat muda ini.

TENTANG jatuhnya BK, Dewi sangat yakin bahwa BK Jatuh atas keterlibatan CIA. Untuk memperkuat pernyataannya itu, Dewi memperlihatkan 10 fotokopi dari tiga surat penting yang disebutnya sebagai bukti otentik keterlibatan CIA dan AS.
Bukti pertama adalah dokumen tentang pertemuan salah seorang jenderal dengan dubes AS waktu itu untuk membicarakan kudeta tanggal 5 Oktober 1965.

Dokumen kedua adalah dokumen Gillchrist, orang kedua di Kedubes AS yang menyebutkan tentang rencana Marshal Green menjadi Dubes AS di Indonesia. Orang terakhir ini adalah pakar kudeta CIA yang terlibat dalam kudeta di Korea dan Hongkong. Saat itu sebetulnya BK sudah diingatkan tentang kemungkinan adanya rencana CIA di Indonesia sehubungan dengan kedatangan Green ini. “Tapi kalau saya tolak, berarti saya takut pada AS,” kata BK, seperti dikutip Dewi, tentang alasannya menerima Green.
Dokumen terakhir adalah surat dari BK untuk Dewi yang menyatakan penderitaannya karena tidak boleh dijenguk anak dan istrinya. Juga tentang kondisi terakhir BK.
“Saat saya datang, kondisi Bapak sangat mengenaskan. Keesokan harinya Bapak meninggal. Ketika saya konfirmasikan kepada dokter di AS dan Prancis, ternyata terungkap bahwa ada indikasi Bapak dibunuh dengan cara diberi obat over dosis,” katanya.

Salam Revolusi

sumber http://penasoekarno.wordpress.com

Menelusuri Jejak Suku Bugis di Pelabuhan Ratu, Sukabumi

| | | 0 komentar
Suku Bugis memang dikenal sebagai salah satu suku perantau. Kebanyakan pemukiman-pemukiman yang didiami oleh orang bugis di perantauan adalah kawasan yang tidak jauh dari pantai. Sebut saja di Pelabuhan Ratu, Sukabumi. Hal tersebut memang sangat mungkin karena sebagian besar dari masyarakat suku bugis berpenghasilan dari hasil laut. Dan suku bugis merantau dikenal sebagai pelaut yang handal. Namun, tak jarang pula mereka yang tinggal di perkotaan.
Di Pelabuhan Ratu, Sukabumi, salah satu lokasi yang didiami oleh orang-orang Bugis. Menurut pengalaman saya, rata-rata atau kebanyakan orang-orang Bugis di Pelabuhan Ratu berpenghasilan dari hasil laut. Mereka bekerja sebagai nelayan. Mereka yang sukses melaut lebih memilih menetap dan membangun keluarga di Pelabuhan Ratu. Banyak diantaranya yang sudah menikah dengan warga setempat dan menetap. Adapula yang memang sengaja membawa serta anak istrinya dari Sulawesi untuk tinggal di pelabuhan Ratu. Bahkan ada yang lahir dan besar di pelabuhan ratu, tapi masih berstatus sebagai orang bugis.

Bahasa dan adat istiadat yang mereka gunakan tetap bahasa bugis dan membawa adat suku bugis. Saya sempat heran, karena dipelabuhan ratu merupakan daerah sunda, namun mendengar mereka (orang-orang bugis) berbahasa bugis, membuat saya bangga akan keberadaan suku bugis di perantauan.

Hidup rukun antara sunda dan bugis di pelabuhan ratu sudah merupakan hal yang wajar, dengan didasari oleh kekeluargaan. Saya sempat bertanya jawab dengan salah seorang yang juga orang bugis di pelabuhan ratu. tentunya dengan memakai bahasa bugis pula.
Menurut penuturannya, mereka tinggal sejak lama di pelabuhan ratu. Dengan menggunakan Perahu Nelayan, mereka melakukan perantauan di Pelabuhan Ratu. Dan sejak itu, hasil laut yang mereka dapatkan lumayan untuk mereka mencukupi keluarga. Banyak diantara mereka yang sudah sukses melaut, dan mempunyai banyak kapal untuk disewakan. Rasa persaudaraan sangat diutamakan. Hingga Anak-anak mereka yang lahir dan besar di pesisir pantai pelabuhan ratu, sudah dapat mewarisi bakat melaut dari orang tua mereka.

Seperti itulah tentang kisah kehidupan orang bugis di pelabuhan ratu. Dan banyak lagi yang dapat kita petik pelajaran dari apa yang diperjuangkan oleh saudara-saudara kita yang sedang merantau.

Ditulis oleh: Uchax
dari sumber: http://bugis-online.co.cc

populer

Layak dibaca

IKUT TAMPIL....... BOLEH....?