SPANDUK Rp. 6.500,-/m Hub: 021-70161620, 021-70103606

Mengais Nasib di Atas Rel Kereta Belawan

| | | 0 komentar
Tut... tut.. tut... suara klakson kereta api jurusan Medan melintas di kasawan Belawan. Puluhan pedagang yang asyik menjajahkan barang, menghentikan aktivitas berdagang.

Lapak yang hanya beralaskan tikar plastik yang berjejer di atas rel, satu per satu dirapikan hingga tak terkena roda kereta. Tidak hanya itu, tenda lapak yang berada di perlintasan tersebut pun dilipat untuk memberi jalan si Ular Besi.

Satu per satu gerbong kereta melintasi kerumunan orang dan menunggu hingga buntut kereta menghilang dari pandangan. Sekira 2 menit kereta pun berlalu.

Puluhan pedagang kembali menawarkan barang dagangan berupa sayuran dan monza (pakaian bekas). Satu per satu para pembeli kembali berkumpul di areal penjualan tersebut.

Iya, itulah yang dialami puluhan pedagang di Pasar Belawan. Hampir setiap 1 jam sekali aktivitas ini dilakukan untuk memberi jalan belasan gerbong kereta melintasi pasar.

Pasar yang terletak di sekitar 25 kilometer dari pusat kota Medan, Sumut, itu menjadi salah satu bukti semakin tergusurnya pasar tradisional akibat maraknya pasar-pasar modern.

Para pedagang di pasar mengaku terpaksa harus berjualan di atas lintasan rel kereta api, karena sempitnya wilayah di pasar itu. Bagi mereka, kebutuhan perut jauh lebih penting, meskipun harus mempertaruhkan nyawa.

Penulis pun tertarik untuk menelusuri kisah para pedagang di atas rel kereta api ini. Tepat jam sembilan pagi, para pedagang di lokasi tersebut sudah banyak menjajakan barang dagangannya.

Para pedagang ini duduk bersila di belakang dagangannya yang tergeletak di antara dua jalur rel kereta api. Lamria Boru Siringo-Ringo (38), salah seorang pedagang menceritakan “penggusuran” tersebut.

Sekitar setahun yang lalu, para pedagang ini berjualan di pinggir Jalan TM Hanafiah yang berada di depan Pasar Belawan, tidak jauh dari lokasi mereka berdagang sekarang.

Namun, karena aktivitas para pedagang itu mengganggu lalu lintas, akhirnya petugas menggusur mereka.

Karena tidak ada pilihan, mereka pun terpaksa menggelar dagangannya di jalur kereta api yang berada di bagian pinggir pasar, tidak jauh dari jalan raya. Sebenarnya, satu atau dua pedagang monza sudah terlebih dahulu menempatinya sejak lama. Makanya, lokasi jalur rel kereta api itu pun menjadi ramai, bahkan hingga sore hari.

Penggusuran pun kembali terjadi. Lamria dan sejumlah pedagang lainnya digusur pihak Kelurahan Belawan II, Kecamatan Medan, Belawan saat berjualan di jalur rel kereta api tersebut.

Alasannya, aktivitas mereka sangat membahayakan keselamatan jiwa. Selain itu, juga dapat mengganggu lalu lintas kereta api barang yang menuju Pelabuhan Ujung Baru, Belawan.

"Tapi kami balik lagi ke sini, karena tidak ada tempat berjualan yang lain. Lurah memang tidak memberi izin, tapi kami bandel. Karena kami juga butuh makan. Mau makan apa anak kami kalau tidak jualan?" tutur perempuan yang sudah 10 tahun berjualan monza dan sayur itu.

Mereka sendiri sama sekali tak merasa risau dengan ancaman nyawa. Dulu, lanjut Lamriah, pemerintah pernah menjanjikan akan memberikan tempat yang layak dan nyaman bagi mereka.

Namun setelah 2 tahun berjalan, janji tersebut belum juga terealisasi. Padahal, para pedagang telah menandatangani semua administrasi untuk prosedur pengurusan kepemilikan kiosnya.

Lamria sendiri telah membeli kios kecil yang sudah ada di dalam pasar. Dia terpaksa merogoh kocek sebesar Rp5 juta untuk mengganti biaya kios, sehingga menjadi hak miliknya.

Tidak tertatanya pasar membuat pasar sepi. Para pembeli mengaku enggan ke dalam pasar karena sumpek, dan Lamria serta puluhan pedagang lainnya pun kembali berjualan di luar.

"Dulu aku pernah jualan di dalam pasar, ada beli kios di sana. Tapi tidak laku, karena tidak ada pembeli yang datang. Di sini masih banyak yang jualan, jadi orang malas ke dalam. Seharusnya pemerintah memindahkan semua pedagang dengan serentak, jangan sebagian-sebagian," keluh Lamria.
(kem)

http://news.okezone.com/read/extend/2011/02/21/345/426977/mengais-nasib-di-atas-rel-kereta-belawan

Dua Rudal AS Tewaskan 314 Warga Irak

| | | 0 komentar
Perang Teluk I menimbulkan tragedi bagi rakyat Irak. Saat itu, sedikitnya 314 warga sipil tewas saat dua rudal Amerika Serikat (AS) seberat 900 kg menghantam bunker di kawasan Amiriya, Kota Baghdad.

Menurut stasiun berita BBC, akibat kuatnya ledakan, seluruh kompleks bunker yang terdiri dari masjid, sekolah, dan supermarket runtuh menimpa para penghuninya yang tengah tertidur. Dari korban tewas sebanyak 314 orang, 130 di antaranya merupakan anak-anak.

Sejak AS memulai serangan udara ke Irak pada pertengahan Januari 1991, sebagian besar warga Baghdad mengungsi ke dalam bunker bawah tanah.

Mayoritas bunker tersebut dibangun semasa Perang Irak-Iran serta dilengkapi dengan berbagai fasilitas sipil, seperti sekolah, masjid, dan supermarket.

Jatuhnya korban sipil tidak menyurutkan serangan rudal Amerika guna memaksa Irak keluar dari Kuwait. Selama 10 hari berikutnya, ratusan rudal AS terus menghantam kota Baghdad dan sekitarnya.

Setelah melakukan serangan udara selama lebih dari satu bulan, pada 24 Februari 1991, pasukan darat Amerika mulai masuk ke Kuwait. Sehari kemudian pasukan Irak ditarik mundur dan, pada 28 Februari 1991, Perang Teluk I dinyatakan berakhir.

www.vivanews.com
http://dunia.vivanews.com/news/read/204421-dua-rudal-as-tewaskan-314-warga-irak

Pembunuhan Malcolm X

| | | 0 komentar
Pada 46 tahun yang lalu, pemimpin kelompok Muslim kulit hitam di AS, Malcolm X, tewas ditembak. Dia dibunuh dari jarak dekat oleh tiga pria bersenjata.

Menurut stasiun berita BBC, Malcolm ditembak saat tengah berpidato di hadapan ratusan pendukungnya di distrik Harlem, New York. Pria yang memiliki empat orang anak tersebut tewas dengan lima belas luka tembakan sesaat setelah tiba di rumah sakit.

Malcolm X, yang bernama asli Malcolm Little, merupakan mantan pemimpin organisasi Nation of Islam (NoI). Ia keluar dari organisasi kulit hitam tersebut pada tahun 1964 setelah berseteru dengan pendirinya, Elijah Muhammad.

Malcolm kemudian mendirikan organisasi keagamaan baru bagi warga Muslim kulit hitam bernama Muslim Mosque, Inc. Organisasi baru ini lebih bersifat moderat dan menganut ajaran Islam orthodoks, bukan yang telah dimodifikasi seperti yang dilakukan Nation of Islam.

Perubahan sikap Malcolm X yang telah berganti nama menjadi El Hajj Malik El Shabazz sepulangnya dari Mekkah tersebut, tidak disenangi para pemimpin Nation of Islam. Berkali-kali anggota kelompok tersebut melakukan percobaan pembunuhan terhadap Malcolm dan keluarganya.

Seminggu sebelum peristiwa penembakan, rumah Malcolm di New York dibom oleh orang tidak dikenal. Puncaknya, pada 21 Februari 1965, tiga pria bersenjata menerobos ruangan tempat Malcolm berpidato di Manhattan dan langsung menyarangkan lima belas peluru ke tubuhnya.

Pada bulan Maret 1966, tiga orang pembunuh Malcolm dijatuhi hukuman seumur hidup. Dua di antara mereka merupakan anggota Nation of Islam.

Dua puluh enam tahun kemudian, kisah hidup El Shabazz diangkat ke layar perak dengan judul Malcolm X. Film yang diperani oleh Denzel Washington tersebut berhasil meraih nominasi Oscar untuk kategori Aktor Terbaik dan Kostum Terbaik.

www.vivanews.com
http://dunia.vivanews.com/news/read/205594-pembunuhan-malcolm-x

AS Taklukan Jepang di Iwo Jima

| | | 0 komentar
Pada 68 tahun yang lalu, pasukan Amerika Serikat (AS) berhasil menguasai Pulau Iwo Jima setelah empat hari bertempur sengit atas Jepang. Kemenangan ini ditandai dengan pengibaran bendera AS di Gunung Suribachi dan menjadi babak penting dalam upaya mengakhiri Perang Dunia Kedua di Asia Pasifik.

Menurut History Channel, keberhasilan Amerika merebut Suribachi membuat posisi pasukan Jepang di Iwo Jima kian terdesak. Sejak pertama kali mendarat pada 19 Februari 1945, pasukan Amerika terus merangsek maju dan mengambil sedikit demi sedikit wilayah pulau dari tangan Jepang.

Iwo Jima dipandang penting oleh kedua pihak karena dari pulau tersebut pesawat terbang Sekutu bisa mencapai Jepang dan membom ibukota Tokyo. Alhasil, kedua belah pihak mengerahkan sebanyak mungkin tentaranya ke Iwo Jima, menjadikannya salah satu pertempuran paling berdarah sepanjang Perang Dunia Kedua.

Di antara 74.000 Marinir AS yang dikerahkan ke Iwo Jima, lebih dari sepertiganya terluka atau tewas. Sementara korban tewas di pihak Jepang mencapai 20 ribu orang.

Pertempuran Iwo Jima baru benar-benar berakhir pada tanggal 26 Maret 1945. Jatuhnya pulau tersebut membuat Jepang kian rentan terhadap serangan udara. Berkali-kali pesawat Sekutu membom kota-kota di Jepang, yang mencapai puncaknya dengan dijatuhkannya bom atom di kota Hiroshima dan Nagasaki pada bulan Agustus 1945.

www.vivanews.com
http://dunia.vivanews.com/news/read/206017-as-taklukan-jepang-di-iwo-jima

Harta di Balik Jubah Sang Kolonel

| | | 0 komentar
Roket Libya itu sungguh menawan. Desain aerodinamis. Mesin canggih super kuat. Sama dengan kekuatan 230 tenaga kuda. Interior dilapisi jok kulit, juga karpet super mahal. Ruangan cukup lega. Mampu membawa enam penumpang.

Roket itu memang bukan senjata tempur. Tapi sebuah mobil. Dipamerkan pertama kali tahun 1999, saat negeri gudang minyak di Afrika Utara itu memperingati 30 tahun revolusi yang meletus 1969. Ketika itu tentara muda berusia 27 tahun bernama Muammar Khadafi sukses menumbangkan kekuasaan Raja Idris.

Tiga puluh tahun memimpin negeri itu, Khadafi memamerkan mobil mewahnya. Dan dia seperti menantang dunia. Bahwa meski negeri berpenduduk 6,5 juta jiwa ini dikurung dunia dari segala sudut, ekonominya tetap mekar.

Semenjak tahun 1973, negeri itu memang diembargo Amerika Serikat dan negara-negara di Eropa dengan tuduhan mendukung terorisme. Tahun 2001 Khadafi terlihat mulai patuh pada Washington dan sekutunya. Dua tahun sesudah itu, Khadafi mendukung Amerika Serikat berperang melawan terorisme.

Dia semakin dekat ke Gedung Putih setelah tahun 2003 bersedia menyerahkan simpanan senjata nuklirnya kepada Amerika Serikat. Tahun 2004 Amerika menghentikan embargo. George Walker Bush, memuji Libya sebagai negara yang patut ditiru oleh Iran dan Korea Utara.

Berpuluh tahun jadi musuh Amerika dan sekutunya, Khadafi menjaga diri pada setiap tempat dan waktu. Mobil roket yang dipamerkan itu sohor sebagai mobil paling aman di dunia.

Layaknya mobil-mobil James Bond pada sejumlah film, mobil ini dilengkapi dengan persenjataan elektronik. Bemper tahan benturan keras. Desain menyerupai roket. Itu sebabnya diberi nama The Saroukh el-Jamahiriya, yang artinya Roket Libya. Saat dibeli tahun 1999 itu, harganya diperkirakan 2 juta euro.

Dan si roket itu cuma satu dari puluhan mobil mewah milik keluarga Khadafi. Uniknya semua mobil itu diberi nama.

Sesudah sukses menghimpun kekuasaan, Khadafi memang gemar menghimpun harta. Selain mobil-mobil mewah itu, dia juga memiliki banyak vila mewah di sejumlah kota di negeri itu. Hampir semua vila itu berpuluh kamar, dikitari taman yang permai.

Salah satu vila yang paling sohor adalah vila yang berdiri megah di pinggiran Al –Bayda. Itu wilayah timur laut negeri Libya. Menghadap Laut Tengah, vila itu memiliki 40 kamar. Kolam renang mewah. Pohon di taman diimpor dari berbagai negara. Rumah dan vila mewah seperti itu juga bertebaran di sejumlah negara.

Pria yang dijuluki Presiden Ronald Reagan “Anjing gila’ itu memang sosok penuh antagonis. Dia menjadi pusat kekuasaan, pusat kemewahan tapi sekaligus menjadi pusat kecemasan.

Itu sebabnya, pada hampir semua rumah dan vila mewahnya dia membangun bunker. Di Al-Bayda itu, dia membangun bunker yang dirancang menghadapi serangan nuklir. Itu bunker juga mewah. Bisa bertahan hidup di situ selama beberapa bulan, meski rumah di atasnya luluh lantak.

Khadafi menghimpun kemewahan dari kekayaan minyak negeri itu. Lihatlah data riset Badan Informasi Energi Amerika Serikat, yang dikutip New York Times, berikut ini. Sepanjang 2009 produksi minyak mentah 1,8 juta barel per hari. Organisasi Pengekspor Minyak Mentah (OPEC) menggolongkan Libya sebagai produsen nomor tujuh. Libya memiliki 4,4 persen dari total cadangan minyak yang telah teruji di lingkungan OPEC.

Minyak mentah itu memikat banyak negara. Sesudah sanksi ekonomi dicabut tahun 2006, perusahaan minyak dari Amerika dan Eropa berbondong-bondong ke sana menanam uang.

Libya sangat menggantungkan pertumbuhan ekonominya dari pengolahan minyak mentah. Sebagian besar wilayahnya diliputi gurun pasir, sehingga selian minyak, nyaris tidak ada lagi yang bisa diandalkan.

Minyak mentah itulah yang membuat Libya menjadi salah satu negara terpandang di Afrika. Menurut riset dari Bank Dunia pada 2009, Libya masuk dalam kelompok "Ekonomi Berpendapatan Menengah ke Atas" karena memiliki pendapatan nasional bruto per kapita sebesar US$12.020.

Bahkan, menurut referensi dari Philips' Modern School Atlas tahun 1987, pada awal dekade 1980-an, Libya digolongkan sebagai salah satu negara termakmur. Tingkat Produk Domestik Bruto per kapitanya lebih tinggi dari sejumlah negara maju, seperti Italia, Singapura, Korea Selatan, Spanyol, dan Selandia Baru.

Dari Fiat hingga Juventus

Selain menumpuk harta di negeri sendiri, keluarga Khadafi juga membenam uang di banyak negara. Mereka menguasai sejumlah perusahaan strategis, salah satunya adalah Otoritas Investasi Libya (LIA), yang nilai asetnya sekitar US$70 miliar.

Menurut harian The Telegraph, otoritas itu merupakan kendaraan utama bagi Khadafi dan keluarga dalam mengeruk kekayaan. Sebut saja sebagai "Khadafi Inc." Raksasa LIA itu menampung semua pemasukan dari investor asing di sektor minyak dan gas, yang deras mengalir lima tahun belakangan.

Dari penampungan itu, uang diputar ke sejumlah sektor usaha. Dari pertanian, real estat, infrasturktur, minyak dan gas bumi. Sebagian uang itu dibenam di pasar saham dan obligasi.

Perusahaan ini merambah jauh hingga sejumlah negara di Eropa. Terutama rekan bisnis mereka seperti Italia, Inggris, dan Amerika Serikat. LIA memiliki saham di sejumlah perusahaan Italia, diantaranya Eni, Fiat, Bank Unicredit, dan Finnmeccanica.

Lewat perusahaan perantara, Lafico, perusahaan yang dikendalikan kroni Khadafi itu, membeli 7,5 persen saham klub sepakbola Italia, Juventus senilai US$21 juta. Pada Juli 2008, LIA membeli saham Fortis, yaitu bank patungan milik Belanda dan Belgia, yang saat itu sangat memerlukan dana.

Di Inggris, perusahaan itu memiliki aset sedikitnya 1 miliar poundsterling. Dari jumlah itu sekitar 300 juta poundsterling masuk bisnis properti di London dan memiliki 3,01 persen saham di grup perusahaan Pearson, pemilik surat kabar The Financial Times.

Di Spanyol, Khadafi dan keluarga memiliki lahan seluas 6.000 hektar di Bennahavis, Spanyol. Lahan itu rencananya untuk membangun 1.915 unit rumah, satu lapangan golf, dan balai sidang.

Selain itu, keluarga Khadafi memiliki sejumlah rekening bank di Swiss dengan jumlah sekitar US$5 miliar. Bukan itu saja, keluarga Khadafi diduga menyimpan uang di ejumlah lembaga keuangan Austria dengan nilai sekitar US$1,6 miliar.

Repotnya , sebagian besar rakyat justru tidak menikmati kejayaan itu. Kemakmuran hanya milik segelintir warga, Khadafi sekeluarga berikut kroni-kroninya. Dan Khadafi menutup rapat semua ketimpangan itu.
Lembaga-lembaga internasional dalam dua tahun terakhir kesulitan mendata tingkat kemiskinan di Libya karena ketatnya pengawasan rezim Khadafi.

Namun, suatu harian lokal di Libya, Oea, pada 2009 mengungkapkan bahwa tingkat pengangguran di Libya saat itu sudah mencapai 20,74 persen. Selain itu, menurut Oea, lebih dari 16 persen dari 886.978 keluarga di Libya tidak memiliki penghasilan yang tetap. Tidak hanya itu, lebih dari 33.000 keluarga di seluruh negeri itu diketahui tidak memiliki tempat tinggal tetap.

Kini Khadafi terkurung oleh harta yang dihimpun selama 40 tahun itu.Di tengah kesulitan ekonomi yang menghimpit, puluhan ribuan rakyat turun ke jalan. Menuntut Khadafi mundur. Vila mewah yang menghadap Laut Tengah di Al-Bayda itu dijarah massa. Sejumlah aset lain dirusak dan dibakar.

Para musuh itu sudah menguasai sejumlah kota besar. Mereka sedang merangsek menuju jantung kekuasaan Khadafi, Tripoli. Bahkan di timur ibu negeri itu, rakyat dan para serdadu yang membelot siaga berperang. Mereka mengendarai tank, bersenjata lengkap dan memanggul roket. Yang ini roket tempur, bukan mobil mewah.(AP, NYT|wm)

www.vivanews.com
http://sorot.vivanews.com/news/read/207837-harta-di-balik-jubah-sang-kolonel-

Kegilaan Kolonel Khadafi

| | | 0 komentar
Muammar Khadafi adalah seorang kolonel tanpa urat takut. Pada 1969, di usia muda, dengan nyali yang menyala, dia menjungkalkan tahta raja Libya, satu kudeta yang berhasil, dan membalikkan gerak sejarah negeri itu.

Dia tampil sebagai revolusioner nekad, meski kerap juga ngawur. Kini, setelah 41 tahun berkuasa, Khadafi tak juga gentar. Dia tahu, hari-hari ini di sekujur tanah Arab para tiran terancam terguling oleh pergolakan rakyat.

Tapi Khadafi yang lama menjadi antagonis--dia rajin berkelahi dengan tetangganya sesama bangsa Arab, kini seperti hendak menegaskan kembali wataknya yang keras kepala.

Berdiam di tenda, dia pernah menyambut gencarnya bom Amerika Serikat pada 1986, dengan tenang. Barangkali, itu sebabnya, ketika demonstrasi kian hebat menuntut dia mundur, Khadafi melihat gerak protes tak bersenjata itu seperti sebuah ancaman militer. Warga sipil Libya, yang menuntut perubahan itu, dihajarnya dengan jet tempur.

Kini, tanpa rasa bersalah, pemimpin bernama lengkap Muammar Muhammad al-Khadafi itu nekad menembaki rakyat sendiri.

Konflik di Libya, kata banyak pengamat, tak akan terjadi bila tak ada pergolakan di Tunisia dan Mesir. Dua tetangga mengapit Libya itu berhasil menjungkalkan rezim yang kelewat lama berkuasa di negeri mereka. Revolusi adalah gagasan yang menular, dan momen itu dimanfaatkan oposisi di Libya melawan rezim Khadafi.

"Kemarin Ben Ali [Tunisia], hari ini Mubarak [Mesir]. Selanjutnya harus Khadafi," ujar seorang pemrotes di Kota Benghazi, tak lama setelah mendengar pengumuman Presiden Mesir, Hosni Mubarak, berhasil dipaksa mundur pada 11 Februari lalu.

Tapi Khadafi adalah kolonel yang hanya mendengar dirinya sendiri. "Mereka main keras, saya juga main keras. Saya akan bertahan hingga tetes darah terakhir" ujar Khadafi seperti dikutip kantor berita Associated Press.

Dia lalu menuding siapa saja yang menyebar kebencian atas dirinya, mulai dari negara-negara Barat pimpinan Amerika Serikat hingga jaringan teroris al-Qaidah. Pekan lalu, dia seperti meracau, mengatakan semua rakyat Libya mencintai dia. Washington pun menilai Khadafi "melantur". Tak ada kata lain bagi Khadafi, kata Gedung Putih, selain dari turun dari kekuasaan.

Korban jiwa pun berjatuhan di Libya. Menurut Duta Besar Libya untuk PBB, Ali Suleiman Aujali, lebih dari 2.000 orang tewas dalam dua pekan terakhir. Warga yang melawan itu tumbang diberondong peluru tajam oleh milisi pro-Khadafi, yang kebanyakan adalah tentara bayaran dari Chad.

Khadafi akrab dengan kekerasan. Begitu meraih kekuasaan, dia bertahan selama 40 tahun lebih, dengan cara brutal. Tak heran, bila dia kini memakai segala cara, mulai dari menyewa milisi bayaran, hingga memberikan sogokan akan menaikkan gaji pegawai negeri sebesar 150 persen, dan memberi santunan tunai bagi keluarga yang loyal.

Mungkin karena berpengalaman menghadapi kudeta dalam negeri, Khadafi tak takut ancaman dari negara Barat, yang menyerang Libya dengan operasi militer. Dia pernah mengalaminya pada 1986, saat rumahnya dihajar bom oleh jet tempur Amerika. Banyak pengikutnya, termasuk anak angkatnya, tewas. Tapi Khadafi lolos dari maut. Dia terus melawan.

Seorang diplomat Libya, bekas penerjemah Khadafi yang kini mengajar di AS, Abubakar Saad, juga menyarankan cara keras, bila dia tetap tak bisa diajak kompromi. "Bila ada pemimpin tak mau berkompromi, atau bahkan tak mau duduk, dan berdialog, satu-satunya alternatif adalah menyingkirkan dia, membunuhnya mengakhiri situasi ini," kata Saad seperti dikutip Voice of America.

Di gurun pasir

Khadafi besar dalam angin padang pasir yang keras. Dia lahir di suatu tenda Badui, di gurun pasir dekat Kota Sirt, pada 1942. Dia berasal dari suku kecil turunan Berber Arab, yaitu Khadafa.

Tumbuh saat dunia Arab sedang bergolak, Khadafi tampaknya menyerap semua konflik itu ke jagad kecilnya. Di Palestina, konflik berlarat-larat setelah Yahudi membentuk negara Israel pada 1948. Dia juga larut dalam gelora nasionalisme Arab, yang diteriakkan pemimpin Mesir Gammal Abdul Nasser, pada 1952.

Bersekolah di madrasah setempat, Khadafi kecil telah menaruh minat besar pada sejarah. Selesai menjalani pendidikan lanjut, Khadafi terjun ke dunia militer. Di Libya pada saat itu, menjadi tentara adalah peluang emas memperbaiki taraf hidup bagi keluarga kurang mampu. Itu sebabnya, masuk militer adalah pilihan bagi anak-anak muda miskin seperti Khadafi.

Pada 1961, Khadafi masuk ke akademi militer. Dia lulus lima tahun kemudian. Dianggap punya prospek cemerlang, Khadafi terpilih ikut pendidikan militer lanjutan selama beberapa bulan di Akademi Militer Inggris, Sandhurst. Dia pun menerima pelatihan militer di Athena, Yunani.

Sebagai perwira muda, Khadafi malu melihat negara Arab, yaitu Mesir, Suriah, dan Yordania, kalah perang dengan Israel di tiga front pada 1967. Dia kian geram, karena Raja Idris I dari Libya, hanya berpangku tangan melihat sesama bangsa Arab dipermalukan Israel dalam Perang Enam Hari.

Khadafi lalu bertekad menggulingkan Raja Idris.

Peluang itu tiba pada 1 September 1969. Saat itu, Raja Idris sedang ke Yunani untuk berobat. Muncul kabar, karena sering sakit-sakitan, Raja Idris akan lengser. Dia menyerahkan kekuasaan kepada keponakannya, yang menjadi putra mahkota, Sayyid Hasan ar-Rida al-Mahdi as-Sanusi, atau Hasan as-Sanusi.

Tanggal penyerahaan tahta dari Raja Idris kepada Pangeran Hassan berlangsung pada 2 September 1969. Sehari sebelum ritual penyerahan tahta, saat Idris masih di luar negeri, Khadafi bergerak. Dia mengumumkan di radio, Libya berada di tangan Dewan Revolusi yang akan menyelamatkan negara dari kekosongan kekuasaan.

Junta militer pimpinan Khadafi lalu menangkap kepala staf militer dan kepala keamanan, yang setia dengan Raja Idris. Sang Raja terhenyak. Dia tak bisa lagi pulang, hingga wafat di Mesir pada 1983.

Stasiun berita BBC menceritakan bagaimana Khadafi, perwira 27 tahun namun telah berpangkat kolonel, secara cemerlang melakukan kudeta tak berdarah. "Kudeta itu hanya memuntahkan beberapa peluru," tulis BBC.

Nasib calon raja yang batal, Hasan as-Sanusi lebih buruk. Dia menjadi tahanan rumah, dan sempat dipenjara selama tiga tahun pada 1971. Hasan dan keluarga diusir dari rumah mereka pada 1984.

Hasan harus menggelandang di pantai, hingga diserang stroke. Khadafi mengizinkannya berobat ke London, Inggris. Hasan pun meninggal di sana. Dia dikuburkan di sebelah makam Raja Idris, di Madinah, Arab Saudi.

Kitab Hijau

Setelah menyingkirkan kekuatan lama, pada awal berkuasa, rezim Khadafi melakukan perubahan besar. Kerajaan Libya dibubarkan. Dia lalu membentuk Republik Sosialis Arab, dengan nama resmi Republik Rakyat Sosialis Agung Jamahiriya Arab Libya.

Bendera nasional pun diganti, dari gabungan warna merah, hitam, dan hijau, dengan lambang bintang dan bulan sabit di tengah-tengah, menjadi warna hijau polos.

Khadafi pun tak menyatakan diri sebagai presiden atau raja. Dia menabalkan dirinya seorang “brother leader”, dan sang pemandu revolusi. Dia sempat menjabat perdana menteri selama 1970-1972. Sebagai pemimpin belia, Khadafi menunjukkan kepada bangsa Arab, perubahan radikal sedang bergerak di Libya.

Sistem pemerintahan Libya dirombak. Menurut kajian Library of Congress pada 1987 berjudul "Government and Politics of Libya", Libya dipimpin dua pilar utama, yang disebut dengan sektor.

Salah satu pilar, yaitu "Sektor Revolusioner," terdiri dari Khadafi sebagai pemimpin Revolusi, Komite Revolusi, dan Dewan Komando Revolusi, yang beranggotakan 12 orang. Mereka inilah inti kekuasaan di Libya karena para komite dan dewan tidak dipilih, melainkan ditunjuk, serta tak ada masa bakti.

Pilar lain adalah “Sektor Jamahiriyah”, adalah Kongres Rakyat mewakili 1.500 wilayah, dan 32 anggota Kongres Rakyat Sha'biyat. Mereka dilihat sebagai lembaga legislatif. Para anggotanya dipilih setiap empat tahun.

Sejak 1972, rezim Khadafi melarang partai politik. Media massa nasional pun dibelenggu agar tidak "menyesatkan" rakyat dengan pemberitaan kritis kepada pemerintah. Seperti Mao Zedong di China pada 1960an, Khadafi pada 1975 menerbitkan buku panduan ideologi bagi pejabat dan rakyat Libya. Dia menyebutkan sebagai "Kitab Hijau" (Green Book).

Terbit dalam bahasa Arab, Kitab Hijau menjabarkan tiga paham dasar, yaitu "Demokrasi berdasarkan Kekuasaan Rakyat," "Ekonomi Sosialisme" dan "Teori Internasional Ketiga." Paham itu lalu menjadi panduan bagi sistem demokrasi ala Khadafi, sekaligus panduan politik luar negeri Libya yang mengundang kontroversi.

“Kitab Hijau” menolak demokrasi liberal ala Barat, dan mendorong sistem demokrasi langsung berdasarkan pembentukan komite-komite rakyat. Belakangan, sistem ini dikritik sebagai cara Khadafi mengamankan kepentingannya di balik jargon memberdayakan rakyat Libya.

Sikap anti Barat-nya kental. Dia menjadi sponsor gerakan anti imperialisme dan zionisme. Pada dekade 70an hingga 90an, Libya bahkan menjadi kawah pelatihan bagi kelompok radikal seperti Brigade Merah dari Jepang, "September Hitam" dari Palestina, MILF dari Filipina, dan IRA dari Irlandia Utara.

Mimpinya tentang Arab bersatu dipengaruhi gagasan Nasser. Khadafi berniat meneruskan Pan Arabisme yang dirintis presiden pertama Mesir itu. Maka, dua tahun setelah Nasser wafat pada 18 September 1970, Khadafi menggagas pendirian "Federasi Republik-republik Arab," meliputi Libya, Mesir, dan Suriah. Tapi ide itu gagal. Dia mencoba lagi pada 1972, dengan menggandeng Tunisia, tapi usaha itu kempis.

Ironisnya, gagasan itu berlawanan dengan tabiatnya yang suka berkelahi dengan tetangga. Misalnya, pada 1969, tak lama setelah dia berkuasa, Libya berperang dengan Chad. Menurut Gérard Prunier, penulis buku Darfur: a 21st century genocide, alasannya saat itu tak masuk akal: gara-gara presiden Chad saat itu seorang Kristen, dan berkulit hitam. Perang Libya-Chad berakhir pada 1994, melalui keputusan Mahkamah Pengadilan Internasional.

Selain itu, Libya pun sempat baku tembak dengan Mesir selama beberapa hari pada 1977. Soalnya, Khadafi kesal dengan manuver Presiden Mesir saat itu, Anwar Sadat, yang berdamai dengan Israel, setelah keduanya terlibat Perang pada Oktober 1973.

Khadafi memang anti-Israel. Dia bahkan jengkel dengan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) pimpinan Yasser Arrafat. Pada 1995, Khadafi mengusir 30.000 warga Palestina dari Libya, setelah setahun sebelumnya PLO menggelar kesepakatan damai dengan Israel.

Khadafi juga berang dengan Mesir, karena melindungi dua perwira Libya pelaku rencana kudeta atas dirinya pada 1975. Konflik Libya-Mesir yang berlangsung empat hari akhirnya berakhir, setelah ditengahi oleh Aljazair.

Dengan politik yang keras seperti itu Libya di bawah Khadafi akhirnya menjadi sorotan. Dia dibenci Barat karena mensponsori kelompok teroris. Dia dicap menjadi rezim berbahaya, karena diketahui mengembangkan senjata penghancur massal untuk menandingi musuhnya di Barat.

Maka, tak heran Presiden AS, Ronald Reagan, menjuluki dia sebagai "anjing gila", yang membuat Reagan menghujani Tripoli dan Benghazi dengan serangan bom pada 14 April 1986. Serangan itu terjadi setelah agen-agen Libya diketahui meledakkan suatu klab malam di Berlin, Jerman, pada 5 April 1986. Insiden itu membunuh tiga orang, dan melukai 229 lainnya - lebih dari 50 orang diantaranya tentara Amerika.

Dua tahun kemudian, terjadi tragedi peledakkan atas pesawat Pan American yang terbang di langit Lockerbie, Skotlandia. Ratusan penumpang dan awak pesawat tewas. Agen Libya dituduh terlibat dalam aksi keji itu. Setelah sempat menyangkal, rezim Khadafi belakangan menerima tanggungjawab tragedi di Lockerbie, dan bersedia membayar uang duka kepada keluarga semua korban.

Menjadi jinak

Menurut catatan harian Telegraph, Tragedi Lockerbie tampaknya "petualangan terakhir" Khadafi dalam terorisme internasional. Pada dekade 1990-an, Libya mulai rujuk dengan Barat. Dia rupanya tak tahan hidup, terisolasi, dan banyak musuh, baik dari Barat maupun Arab.

Puncaknya pada 2003, saat Khadafi melucuti semua senjata penghancur massal milik Libya. Sejak saat itu, hubungan Libya membaik, termasuk dengan AS. Bahkan semasa George W. Bush berkuasa, pada 2006 AS mengumumkan Libya tak lagi masuk daftar negara berbahaya. Proyek dan invetasi asing pun mulai mengalir kembali ke Libya.

Hingga Februari 2011, sebenarnya tak ada lagi berita sensasional tentang Khadafi, dan rezimnya. Dia sepertinya tak mau cari gara-gara dengan dunia luar. Khadafi bahkan sesekali diundang ke Barat, dan berpidato di Sidang Majelis Umum PBB di New York pada 2009.

Dia juga menyambangi Perdana Menteri Silvio Berlusconi di Italia pada 2010.

Khadafi pun akrab dengan mantan perdana menteri Inggris, Tony Blair. Dia dikabarkan tak lagi tertarik pada nasionalisme Arab - setelah beberapa kali gagal mewujudkan persatuan Arab. Kini, perhatiannya pada solidarisme sesama negara Afrika. Itu sebabnya, sejumlah pemimpin Afrika mengangkat Khadafi sebagai Ketua Uni Afrika periode 2009-2010.

Nyentrik, tapi kejam

Khadafi kini berusia 68 tahun, dan kian nyentrik. Dia, misalnya, tinggal di tenda setiap kali berkunjung ke luar negeri, dan senang dikelilingi banyak perempuan. Khadafi lebih suka dikawal pasukan khusus perempuan.

Pada satu lawatan ke Italia beberapa tahun lalu, Khadafi menjamu ratusan perempuan setempat. Dia membujuk mereka menjadi mualaf. Laman spesialis pembocor rahasia diplomatik AS, WikiLeaks, juga mengungkapkan Khadafi punya perawat perempuan asal Ukraina, bertubuh seksi, dan berambut pirang.

Wartawati senior BBC, Katie Adie, selalu teringat sifat nyentrik Khadafi. Saat bertemu untuk wawancara di Tripoli pada 1984, Khadafi memberi Adie dua buah buku, dan satu ucapan. "Buku pertama adalah Kitab Hijau, dan kedua adalah Kitab Suci Al Quran. Setelah itu, dia berucap kepada saya, 'Selamat Natal'," kata Adie seperti ditulisnya di harian The Guardian.

Bagi aktivis di Libya, seperti Mohammed al-Abdalla, Khadafi adalah diktator yang brutal. "Era 70-an, saat menghadapi gerakan mahasiswa, Khadafi terang-terangan menggantung para mahasiswa, yang berdemonstrasi di alun-alun Tripoli dan Benghazi," ujar al-Abdalla, sekrektaris jenderal Front Nasional untuk Keselamatan Libya, seperti dikutip stasiun berita Al Jazeera.

"Dia melakukan eksekusi, yang mungkin paling brutal pernah kami saksikan, atas 1.200 tahanan di penjara Abu Salim. Mereka sudah dipenjara, lalu dieksekusi dalam waktu kurang dari tiga jam," kata al-Abdalla.

Kini, si kolonel tanpa urat takut, dan kadang ngawur itu, kembali tampil brutal. Sejak 15 Februari lalu, dia menghabisi rakyat yang kini menentangnya. Akankah dia mendengar teriakan rakyat Libya itu?

Satu bekas menterinya yang membelot, Abdul Fattah Younis al Abidi, mengatakan Khadafi adalah pemimpin 'keras kepala'. Abidi mengenal Khadafi sejak 1964. Dia yakin, sang kolonel akan bertindak ekstrim. "Dia akan memilih bunuh diri, atau dibunuh," kata Abidi. (CNN, Al Jazeera, AP, The Guardian | np)

www.vivanews.com
http://sorot.vivanews.com/news/read/207834-kegilaan-kolonel-khadafi

populer

Layak dibaca

IKUT TAMPIL....... BOLEH....?